January 2019 - Lagi Monolog

Thursday, January 17, 2019

Bertahan Hidup Saat Solo Travel di Luar Negeri

2:25 PM 0
Bertahan Hidup Saat Solo Travel di Luar Negeri


Beberapa waktu lalu setelah gue posting ini, gue dan Wenning flashback petualangan kita pas main-main dan kedingingan di tempat yang sama sekali baru buat kita. Kayaknya masih beberapa minggu lalu Wenning balik dari Korea Selatan. Dia cerita banyak banget sampe bikin gue ikutan balik ke masa dimana gue jalan di bawah rintik gerimis ramah di Provo, jalan menyusuri pinggiran dataran bukit Y buat nyari Mc Donalds, pagi-pagi udah disapa orang di jalanan dan dibilang cantik karena gue pake kerudung.

Buat sebagian orang, kita berdua kayak punya dunia sendiri. Bisa dibilang ndeso karena apapun yang kita ceritain tuh amazing banget. Tapi anehnya emang iya. Walaupun kesempatan buat singgah di sisi lain bumi Allah tuh bentar banget, rasanya gue dan Wenning seperti dipertemukan sama sisi lain kehidupan. Seolah diingatkan bahwa kita tuh sebagai manusia emang diciptakan beda. Jadi nggak usah ribut kalo apa yang menurut kita benar, buat orang lain nggak benar. Oleh-oleh yang kami bawa pulang ke tanah air nggak cuma sekedar barang, foto, maupun cerita kayak gini. Tapi banyak life learning-nya juga. Intinya kesempatan buat "jalan-jalan" kemaren tuh mind blowing.

Kali ini gue pengen berbagi tips dan cerita tentang gimana gue dan temen-temen lainnya yang punya pengalaman serupa buat bertahan hidup di luar negeri dengan duit yang pas-pasan. Nggak ada yang nggak mungkin, kan? Selama ini uang saku gue buat ngerasain pengalaman amazing ini nggak seberapa dibanding (mungkin) orang-orang lain di luar sana. Pengeluaran gue super hemat banget, karena yang paling penting buat gue adalah story dan pelajaran yang gue dapet dari perjalanan tersebut. Bukan seberapa keren barang-barang yang gue beli atau seberapa mahal hotel yang gue tinggali because I don’t have that kind of style. Style gue sangat minimalis dan down to earth. Kalo lo punya style yang sama, congrats you are in the right place. Tips di bawah ini mungkin bisa membantu. 


Disclaimer: Ilmu utama yang dibutuhkan supaya praktik di bawah ini lancar adalah ilmu pramuka waktu ekskul dulu. Hayo, makanya jangan suka bolos 


1.       Money

Duit ini sesuatu yang relatif. Masing-masing orang nggak akan punya pengertian yang sama terhadap uang. Gue sama sekali nggak bisa menyarankan seberapa banyak duit yang harus kalian bawa, karena semua itu relatif.

Money can't buy you happiness, but you are happy bcs of money

Berapa pun uang saku yang kalian bawa, saran gue adalah tukar duit kalian waktu di Indonesia. Faktanya, nggak semua tempat di negara tujuan nerima duit rupiah buat ditukar. Selain itu, nilai tukarnya jadi nggak bagus kalau ditukar di negara lain daripada di negara rupiah itu berasal. Kecuali buat kalian yang udah baca postingan sebelumnya, gue akan saranin lagi buat bawa dollar untuk safe heaven kalian di luar negeri. Dollar selalu punya nilai tukar yang reasonable dimanapun. Jadi, kalo duit cash kalian kurang, kalian bisa tuker dollar yang kalian punya.

Selain itu, yang bikin kita pusing waktu di luar negeri adalah harga. “Mahal” bagi sebagian orang nggak sama dengan “mahal” bagi sebagian orang lainnya. Kebiasaan yang menurut gue salah waktu kita jalan ke negara orang adalah selalu mengkomparasikan segala hal dengan standar yang ada di negara kita. Oke. Gini. Biasanya gue makan nasi dan lauk di warung cuman habis Rp 10.000,00 (gue di Malang, jadi duit segitu udah kenyang). Sedangkan waktu gue lagi pergi ke U.S. gue bisa pingsan kalo lihat daftar menu sekali makan habis 80-an ribu rupiah! Kerasa banget kan mahalnya? Padahal sekali makan dengan harga $7

Kebiasaan ini nggak bisa dibiarin. Bisa-bisa kalian nggak enjoy selama perjalanan. Saran gue adalah hilangkan mindset menyamakan standar di Indonesia dengan standar di negara tujuan. Jangan selalu mengkonversikan nilai mata uang negara tujuan ke rupiah. Bisa-bisa kalian darah tinggi dan marah-marah ke pemerintah karena mungkin kalian pikir ini akibat ulah mereka.

Gue tekanin lagi. Kebiasaan ini harus dihentikan. Coba deh ubah mindset kalian ke mata uang negara tujuan. Kalo kalian mau membuat standar “mahal” dan “murah” ketika di luar negeri, bandingkan standar tersebut dengan sesuatu yang setara. Coba lihat dompet kalian, hitung berapa uang yang kalian miliki dan konversikan ke suatu barang yang ingin kalian beli berdasarkan nilai guna dan harganya. Cara lainnya adalah bandingkan standar hidup di tempat tersebut dengan tempat-tempat lainnya di negara yang sama. Dari situlah seharusnya standar “mahal” dan “murah” itu berasal. Bukan dari nilai rupiah itu sendiri. Kalo kalian masih suka konversi-in nilai mata uang asing ke rupiah, apapun akan terasa mahal. Percaya deh. 


2.       Food & Beverage 

Makanan dan minuman ini sangat fundamental, karena dua hal inilah yang menjaga manusia agar tetap hidup. Tips tentang makanan dan minuman ini bakal jadi bagian yang paling panjang since they’re really important.

Gue udah pernah tuliskan sebelumnya di postingan terdahulu, kehadiran tap water itu membantu banget buat kelangsungan kehidupan sobad misqin kayak kita. Gue pernah mention, betapa pentingnya lo bawa botol minuman kemana-mana karena sesungguhnya tap water itu gratis. Kalo negara tujuan kalian belum ramah tap water, kalian bisa bawa air minum dari tempat menginap buat dibawa-bawa selama kalian jalan-jalan. Kalian jadi nggak perlu beli sebotol air minum seharga $5 kan?

Kehadiran instant noodle juga sangat membantu di masa-masa sulit lho. Contohnya kalo kalian lagi laper tengah malem, tapi males keluar, mie instan selalu berhasil nolong. Hal ini juga berlaku ketika kalian di luar negeri. Instant noodles really do their job. Biasanya gue bawa Pop Mie beberapa buah tergantung dari seberapa lama gue di sana. Kalo gue pergi seminggu, mungkin gue bawa dua buah. Oke. Tips ini emang nggak sehat. Tapi gue bukan manusia naif yang menghindari makan mie selagi gue bisa berhemat dengan bantuan mie-mie itu. 

Pop Mie gue pilih karena cara masaknya yang nggak ribet, nggak perlu kompor, dan cepat. Gue punya cerita konyol yang mungkin bisa jadi tips. Waktu di U.S, Kak Fathir bawa mie rebus dan di hotel tempat kita nginep cuma ada teapot. Nggak ada kompor. Kalo dihadapkan dengan situasi begini, ilmu survival waktu pramuka dulu kepake banget loh! Kalian bisa masak mie itu pake air panas dari teapot di gelas. Kalo gelasnya nggak cukup buat nampung mie itu, ya mie-nya bisa dibagi seukuran gelas yang ada. Tapi jika keadaan kalian lebih mengenaskan lagi (nggak ada gelas), kalian bisa tuang air panas di bungkus mie itu :”) Lalu didiamkan sejenak seolah kalian lagi masak Pop Mie. Hati-hati ya, karena plastiknya bisa meleleh atau justru tangan kalian yang kepanasan.

Hal lainnya yang bisa kalian lakukan buat menyiasati kondisi keuangan yang terbatas atau kalian yang terpaksa tinggal di daerah yang standar hidupnya tinggi adalah belanja bahan makanan. Kalian bisa hemat pengeluaran buat sarapan pagi dengan belanja bahan-bahan standar seperti roti dan susu. Buat kalian sobat kos, selamat karena kalian satu tingkat lebih tinggi dari anak rumahan kayak gue yang harus sarapan sebelum pergi. Gue yakin nggak semua anak kos merasa perlu sarapan sebelum pergi, kan? Jadi skill seperti ini kadang juga berguna buat situasi seperti ini. 

Sarapan

Next tip adalah street food. Percayalah rasa street food itu nggak kalah sama yang ada di tempat makan. Selain buat ngisi perut, street food bisa membantu kita buat lebih mengenal lebih dalam budaya lokal, ngerasain makanan lokal, berinteraksi dengan orang asing, dan membuat kita paham arti perbedaan. Jangan sungkan buat nanya harga makanan dan minta kembalian jika memang itu hak kalian. Kadang si penjual nggak ngasih kembalian karena nggak tau mau ngomong apa. Jadi, jangan ragu buat minta kalo kalian memang berhak.


Street food save us

Last tip seputar makanan adalah berburu makanan di restoran fast food. Kalo kalian dihadapkan di situasi yang harus banget makan makanan berat, tapi duit harus dihemat, makanan fast food adalah opsi yang tepat. Restoran fast food di luar negeri memang cenderung lebih murah. Kalo ada restoran fast food yang mahal daripada restoran standar di luar negeri, coba tulis di komen ya! Opsi lainnya adalah makan di tempat yang antriya panjang, crowded, pokoknya yang keliatan rame gitu deh. Biasanya tempat makan ini punya rasa yang reasonable dan harganya pun worthy.


 3.       Komunikasi

Berhenti bersikap nggak pede kalo kalian ngerasa nggak punya kemampuan verbal yang bagus. Travel is the way to fix it. Nggak akan ada yang bakal menghujat kalo kalian salah ngomong atau freak ngasih gesture supaya orang lokal paham apa maksud kalian. Just do it. Jangan pernah ragu buat nanya orang lokal tentang negara itu. Mereka lebih ngerti.

“Ah, orang Europe kan cuek-cuek
“Aduh, boro-boro. Gue ngomong English, dia aja kagak ngarti”

Stop! Itu cuma excuse.

Dulu gue juga punya mindset kalo Americans itu individual, cuek abis, dan galak (for certain reasons). Tapi gue salah. Individualis itu cuma the way of living. Bukan berarti mereka nggak peduli sama orang yang butuh bantuan, nanya jalan, atau bahkan ngajak ngobrol. Dimana pun kalian berada, gue percaya, pasti lawan bicara kalian bakal jawab sebisa mungkin bahkan open ketika kalian ajak ngobrol. Sekarang gue ngerti kenapa Americans keliatan cuek dan nggak peduli, mereka emang nggak peduli aja sama  urusan orang, tapi kalo diajak ngobrol mereka pasti jawab dengan antusias.

Ngobrol sama orang lokal juga bisa bantu kita buat nemu destinasi atau fakta-fakta lainnya yang mereka ketahui tentang negara tersebut. Kita bisa nanya informasi diskon, tempat makan murah, spot yang bagus buat dikunjungi, dll. More than that, mereka malah bisa jadi sahabat pena kalian!

Terkendala bahasa? Gue akan ingetin kalian dengan sebuah teknologi mutakhir bernama Google Translate. Pergi ke negara yang non-berbahasa inggris terkadang lebih menantang ketimbang pergi ke negara berbahasa inggris. Apalagi ke negara yang hurufnya nggak pake abjad. Kondisi ini yang dihadapi Wenning waktu ke Korsel kemarin. Sayangnya, nggak semua orang Korsel paham bagaimana cara menimpali kalimat berbahasa inggris dengan bahasa yang sama. Sehingga inilah saat yang tepat buat Google Translate melakukan pekerjaannya. Selain itu menggunakan gesture juga sangat membantu loh untuk kualitas komunikasi yang lebih baik. Intinya jangan takut buat ngomong sama strangers. Siapa tau si stranger bisa jadi the perfect stranger kayak lagunya Jonas Blue itu... hehe. 


4.       Transportasi

Prinsip gue ketika travel ke luar negeri adalah live like locals. Jalan kaki is a must! Jalan kaki itu lebih dari sekadar mencapai tempat tujuan, tapi buat gue adalah proses mengenal. Entah untuk mengenal diri sendiri atau mengenal kehidupan di sekitar gue. Bayangin dengan jalan kaki kalian bisa ketemu orang-orang lokal yang mengerjakan aktivitasnya masing-masing, sightseeing, memotret sudut-sudut kota dalam ingatan, bahkan mungkin dipertemukan dengan kejadian-kejadian nggak terduga.

Jalan kaki buat membakar lemak

Dari jalan kaki gue ngerti sistem lalu lintas di Provo, ada toko oleh-oleh tersembunyi di pinggir jalan, nyapa orang-orang yang lagi jogging, nemu rumah-rumah dengan desain kayak di film-film, ngobrol sama orang waktu neduh dan dengerin cerita dia soal pengalaman waktu jadi relawan di Israel, bahkan dikasih buku sama orang lokal buat dibaca! Banyak hal yang gue ketahui waktu jalan kaki. Rules-nya adalah open your ear, open your eyes, open your mind. Most important one, open your heart. Tanpa buka hati, gue jamin kalian nggak akan nangkep sinyal-sinyal di sekitar.

Namun ketika di suatu waktu kalian punya destinasi yang emang nggak bisa dijangkau dengan jalan kaki, transportasi lokal bisa jadi jaminan pengalaman yang bagus. Coba download app atau kunjungi website informasi transportasi di negara tujuan, biasanya mereka menyediakan informasi rute mana aja yang harus kalian ambil dan transportasi apa yang harus kalian gunakan. Kalian juga bisa dateng langsung ke halte atau stasiun dan lihat rute yang disediakan disana.

Naik kereta aka transportasi umum

5.       Oleh-Oleh

Bagi sebagian orang, oleh-oleh itu masih jadi hal penting yang harus dibawa pulang ke tanah air, meskipun dalam keadaan duit yang terbatas. Gue punya tips nih buat mengatasi kondisi ini.

Cari yang isinya banyak biar bisa dipecah-pecah

 Pertama pastikan dulu sisa jatah bagasi kalian supaya bisa diestimasikan berapa banyak barang tambahan yang bisa dibawa. Setelah itu buat list kira-kira siapa aja yang mau dikasih oleh-oleh. Selanjutnya beli barang yang 1 paket isinya banyak biar waktu kalian pulang, barang-barang itu bisa dipisah-pisah buat dibagi-bagi. Contohnya gue kemaren nemu teh 1 pack isi 30 bungkus. Gue beli, trus isinya bisa dibagi ke 6 orang (seorang 5 bungkus). Udah pasti harganya lebih murah daripada kalian beli barang yang satuan gitu, terlebih lagi, hemat bagasi.


6.       Sumber Uang Saku Tambahan

Jaman sekarang kata “jastip” itu udah familiar kan di telinga? Kalian bisa dapet duit tambahan dengan buka jasa titip. Gue pernah buka jasa titip waktu ke Malaysia karena waktu itu lagi booming banget masker Freeman dan St. Ives. Harga jualnya di Indonesia masih cukup tinggi dibandingkan beli langsung di Malaysia. Kalian bisa mainin harga dari gap harga yang ada tersebut. Tentunya harus lebih murah dibandingkan harga jualnya di Indonesia.

Jastip aneka snack dan beauty products

 Sebelum itu, jangan lupa untuk menaksir sisa bagasi yang kalian punya ya. Opsi terakhir kalo emang banyak banget yang nitip, kalian bisa upgrade bagasi kalian supaya lebih lega.

Sejujurnya gue punya pengalaman buruk soal ini :”) Jadi waktu di Malaysia gue telat banget ke bandara. Akhirnya semua serba mepet dan buru-buru. Gue udah nggak kepikiran lagi soal bagasi dan tetek bengek-nya. Di pikiran gue saat itu adalah gimana biar nggak ketinggalan pesawat. Gue pergi bertiga bareng Iqbal dan Koko. Gue dan Iqbal pake koper kabin sedangkan Koko pake koper bagasi. Sayangnya kita bertiga beneran ketinggalan check in, sehingga udah nggak bisa lagi masukin koper ke bagasi (padahal D-1 kita udah upgrade bagasi kita). So, kita terpaksa ninggalin Koko buat booking penerbangan selanjutnya, sedangkan gue dan Iqbal lari sambil bawa-bawa koper buat ngejar pesawat yang bentar lagi mau berangkat. Rasanya kaya lagi main Mario Bross, tau nggak sih? Tau kan Bandara Kuala Lumpur seluas apa dibandingkan dengan Soetta? Seolah gue dan Iqbal harus nglewatin rintangan-rintangan gitu, kayak eskalator, karpet yang memperlambat laju koper, dan badan gue yang udah lama nggak lari jadi berasa berat banget, naik lagi, turun lagi, belok-belok, kayak lagi main games tapi karakternya gue sendiri.

Singkat cerita kita berhasil sampe di tempat scanning. Iqbal lolos. Sedangkan posisinya time consuming banget di gue yang notabene lagi bawa banyak banget Freeman di dalem koper sehingga petugas harus ngebuka dulu koper gue, diperiksa dulu, diceramahin dulu karena Freeman itu beratnya lebih dari 100ml per package-nya, dan gue sampe pada titik buat ngrelain petugas ngambil semua barang titipan itu supaya gue nggak ketinggalan pesawat. Iqbal yang udah lolos daritadi berusaha lari ke pintu pesawat dan minta ke pramugari or siapapun disana buat nunggu 1 menit lagi. Begitu gue udah nutup koper dan bersiap lari ke pintu pesawat, Iqbal dateng sambil lunglai lesu gitu bilang “Pintu pesawatnya ditutup depan muka gue.” Oh shit.

Sampe hari ini gue yang ngerasa gagal di dunia per-jastip-an, belum pernah buka jastip lagi. Semoga dari pengalaman ini kalian bisa dapet pelajaran. Anyway apart from my bad experience ngejar-ngejar pesawat, open jastip itu bisa banget membantu perekonomian kalian.

Layanan jasa lainnya yang bisa kaliah kasih adalah open jasa foto online shop. Banyak online shop yang pengen nunjukkin kalo produk mereka bisa sampe ke luar negeri. Sayangnya emang nggak semua online shop yang produknya dibeli oleh konsumen di luar negeri. Banyak dari foto-foto sebagian online shop yang berasal dari jasa titip foto. Peluang ini bisa kalian manfaatkan buat menambah pundi-pundi. Kalian cukup bawa produknya dan potret produk itu di landmarks yang kalian lewati waktu jalan-jalan.



Kayaknya segitu dulu tips yang bisa gue sampaikan.

 Menurut gue yang terpenting dari setiap perjalanan adalah bagaimana kita memaknainya lebih dari sekedar ambil foto dan caption yang dibuat dari foto itu. Tapi development, understanding, tolerance, dan compassionate. There is hospitality yang menurut gue mahal banget harganya, yang mungkin nggak sebanding dengan harga yang kalian keluarkan. Disitulah kita bakal dapet deep learning.

Gue dan Wenning cuma secuil contoh orang-orang beruntung yang dapet kesempatan pergi ke luar negeri dan memaknai ciptaan Allah dari sisi yang lain. Kita berdua cuma secuil spesies dari gank sobad qismin yang dapet rezeki nomplok buat nyicipin dinginnya suhu 3 derajat celcius dan ngebobol dinding ke-nggak-pede-an dalam diri kita selama ini melalui pengalaman ngelihat budaya yang bener-bener beda, tapi tetep mempesona dengan caranya sendiri. Berkat itu, gue dan Wenning jadi ketagihan dan penasaran ada hal indah apa lainnya yang Allah sembunyikan di sisi-sisi bumi yang luar biasa ini?



Saturday, January 12, 2019

Ah, Gitu Aja Baper!

8:54 AM 0
Ah, Gitu Aja Baper!




 Akhir-akhir ini gue kepikiran buat bikin categories baru di blog ini. Setelah mikir sana-sini, gue dapet ide bikin tag “slang words”. Kayanya seru aja gitu ngebahas soal slang words yang sering dipake buat kosakata sehari-hari plus gue tambahin opini atau fenomena tentang kata tersebut. Termasuk yang mau gue share kali ini tentang “baper”.

Baper ini muncul from nowhere. Di KBBI udah pasti nggak ada. Kalo kita tanya sama generasi atas, kayanya mereka juga nggak familiar deh dengan kata ini. Gue juga nggak ngerti sih darimana gue familiar dengan kata ini. Tapi, biasanya slang words banyak bersumber dari aktivitas di sosial media yang kemudian diterapkan sebagai kata sehari-hari buat berkomunikasi dengan sesama teman.

Baper ini ternyata singkatan dari “bawa perasaan”. Yah, gue yakin pasti kalian yang baca ini udah tau lah ya. Jadi gue langsung aja ke duduk perkara.

Haha, ya nggak perkara juga sih...

Pokoknya, baper ini biasanya digunakan buat konteks respon atas suatu tindakan yang responnya itu pake perasaan. The thing is, perasaan kan bisa macem-macem ya. Perasaan ini outputnya berupa emosi. Emosi pun nggak cuma marah, tapi sedih dan seneng juga emosi. Gue kasih contoh. Misal, gue naksir seorang cowok di kampus. Suatu hari tuh cowok nyamperin gue dan say hello. Udah pasti gue melayang dong! Biasanya dalam keadaan seperti itu kata baper digunakan. Padahal belum tentu juga dia cuma nyapa gue doang, di belakang gue tuh cowok nyapain semua orang. Biasanya dalam keadaan seperti ini temen gue bisa bilang, “woy, jangan baper. Tuh cowok gay.” End.

 Di lingkungan gue, kata baper sering juga dipake buat ngingetin atau melabeli seseorang yang suka tersinggung sama sesuatu, overthinking, dan sensitif banget. Contohnya, ketika rapat organisasi kan biasanya ada sesi evaluasi. Nah, seseorang maju untuk mengevaluasi seseorang lainnya. Sebenarnya tujuan dia ini bagus, ya tentunya buat perbaikan orang tersebut dan mengingatkan semua orang disana buat tidak melakukan hal yang serupa. Tapi, seseorang yang sedang dievaluasi ini merasa dunia sedang menghakiminya. Dia jadi sensi dan overthinking. Skenario ini juga bisa kita sebut baper.


 


Umumnya, seseorang yang sering dibilang teman-temannya baperan ini bakal membela diri dan bilang bahwa baper adalah hal yang positif. Karena nggak mungkin seorang human being nggak punya perasaan. Manusia seolah nggak bakal bisa dibilang “hidup” kalo mereka nggak punya perasaan yang dilibatkan atau nggak sengaja terlibat saat sedang menjalani kehidupan. Contohnya ketika ada bapak-bapak kurus, tua renta, lagi jalan keliling kota jualan semangka pakai kayu pemanggul yang diletakkan di pundak, dan semangkanya masih banyak. Perasaan kita harusnya hanyut terbawa dan akhirnya bergerak untuk membantu orang tersebut. Hal lain yang levelnya lebih mudah buat dipahami adalah ketika seseorang lagi nonton talkshow, eh kebetulan narasumbernya lagi ngomongin hal yang sedih-sedih, yang nonton jadi ikutan nangis.

Sebenarnya, karena sebuah kata nggak diatur dengan jelas meaning-nya, semua perspektif tuh nggak ada yang salah dalam ngartiin kata tersebut. Dalam konteks baper, emosi, seperti yang gue bilang itu adalah sesuatu yang luas artinya. Emosi bisa berupa respon apa aja, marah, nangis, seneng, sedih, trenyuh, dll. Semua ini cuma tentang perspektif. Kata “baper” sendiri memang nggak melulu tentang suatu hal yang negatif, bisa juga loh dipake dalam konteks seseorang yang punya empati. Hal yang penting disini adalah: memahami konteks. Kalo lo dibilang baper, ya nggak bener juga kalo langsung nolak mentah-mentah padahal tujuannya misal ngingetin lo buat thinking on what really matters. Nggak semua hal kan bisa kita lihat pake mata sendiri. Kita butuh perspektif.

Bahasa Indonesia itu kaya. Saking kayanya, banyak kata yang akhirnya punya makna ganda dari berbagai segmen konteks. Coba kalo baper itu di bahasa inggris-in. Bahasa Inggris lebih punya konteks pembeda yang jelas: positif dan negatif. Walaupun spektrum artinya bisa ganda, setidaknya kita terbantu sama konteks positif dan negatif itu dalam memaknai segala hal. Now, I understand that being compassionate is better than being susceptible. Gue jadi ngerti bahwa konteks baper yang dipake orang-orang tuh bisa dipecah. Menjadi compassionate atau peka, akan selalu lebih baik daripada menjadi susceptible atau mudah tersinggung. Sayangnya baper nggak punya konotasi yang beda untuk setiap kalimat. Yaaa....saling ngerti aja lah.





Wednesday, January 9, 2019

Pertama Kali ke Luar Negeri? Perhatikan Hal-Hal Ini!

11:54 AM 2
Pertama Kali ke Luar Negeri? Perhatikan Hal-Hal Ini!


 Gue menyadari. Sebenernya gue nggak yang berpengalaman banget pergi ke luar negeri berkali-kali. Tapi setidaknya gue selalu berusaha buat memaknai setiap perjalanan gue. Sehingga kadang banyak orang yang menyalahartikan itu sebagai sebuah "ke-alay-an", usaha buat "show off", yang menimbulkan gue terlihat "too much".  Padahal kalo gue jalan ke tempat baru, gue emang banyak banget ngambil gambar. Apapun gue foto. Sudut ruangan, sudut jalanan, tempat sampah, lampu jalan, lampu merah. Hal-hal yang menurut orang nggak proper kaya toilet tuh gue fotoin. Karena gue percaya bahwa every picture really has its story. And it really is!

Negara pertama yang gue kunjungi adalah Malaysia. Walaupun dari segi bahasa dan budaya nggak beda jauh dari Indonesia, dan nggak kerasa juga kalo lagi pergi ke negeri orang, gue tetep anggep itu sebagai stepping stone perjalanan mengarungi dunia di album Ekananda. Beberapa hal yang mau gue tulis di bawah ini bakal banyak banget kalian temuin di internet tentang apa sih yang perlu disiapkan untuk perjalanan perdana ke luar negeri. But, lemme do this from my point of view dari seorang pelancong baru yang masih akan memulai petualangannya.



1.Documments

Buat yang belum punya paspor tapi bermimpi suatu saat ke luar negeri, buruan sekarang juga bikin paspor. Kalo ada yang bilang bikin paspor itu ribet, plis. Bikin paspor itu sama sekali nggak ribet :( Mungkin yang bilang kalo bikin paspor itu ribet, tuh orang pada dasarnya ribet sendiri. Sekarang semua hal bisa diakses lewat internet. Kita bisa daftar dan cetak antrian paspor biasa (karena paspor gue yang biasa, gue nggak bisa kasih saran tentang e-paspor) lewat online. Besoknya kalian bisa dateng ke kantor imigrasi bawa semua dokumen yang diminta. Paling aman sih dateng jam 7 pagi biar jam 10-an kelar.

Saat kalian di-interview oleh petugas paspor, jawaban kalian nggak usah aneh-aneh, serius. Beda sama visa, tujuan kalian bikin paspor itu buat apa, nggak bakal diperiksa sedetail visa. Jadi kalau ditanya mau bikin paspor buat apa, cukup jawab "buat liburan ke Malaysia". Done. Walaupun misalnya kalian nggak pergi ke Malaysia, jawab aja kalian mau liburan ke negara yang gampang-gampang gitu deh. Kalau bisa yang sekitaran Asia Tenggara. Gue punya temen yang permohonan paspornya ditolak karena dia jawab paspornya buat lomba. Doi ditanya following questions yang akhirnya end-up permohonan paspornya ditolak karena dia bingung sendiri atau nggak bisa membuktikan argumennya.

Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah visa. Baca baik-baik situs resmi informasi visa negara tujuan ya; tipe visa-nya apa aja, syarat dokumen pendukung untuk visa di tipe yang kalian butuhkan apa aja, standar fotonya gimana, apakah fotonya cukup disubmit online apa perlu dibawa langsung saat wawancara, apakah wawancaranya lewat online atau perlu dateng ke kantornya, bayarnya berapa, dll. Kalau soal visa, apalagi buat kalian yang ngurus secara mandiri, no agent, please to always keep attention to anything in details. Kalian nggak mau kan kalo visa kalian ditolak karena kalian lupa satu hal yang sepele. Jadinya kaya buang-buang duit, karena uang yang udah kalian bayarkan nggak bakal dibalikin kalo visa kalian ditolak. Oh iya, ada beberapa negara yang mewajibkan pemohon buat bawa bukti booking tiket pesawat dan hotel ketika apply, jadi ini juga harus diperhatikan ya! Walaupun nggak semua negara sih, jadi selalu baca informasinya dengan cermat.


2. Tiket Pesawat

Sebelum prepare, coba refleksi ke diri sendiri gaya perjalanan apa yang bakal kalian pilih. If you are a budget traveller just like me, you come to the right page bruh! Buat negara yang cuma memakan perjalanan udara dengan waktu maksimal kurang lebih 6-7 jam, gue bakal pilih budget airlines, daripada yang full board. Gue sih nggak masalah menekuk kaki selama 6 jam-an karena malah udah biasa juga naik kereta Malang-Jakarta yang kurang lebih 16 jam atau bus malam yang bisa sampai hampir 22 jam. Tapi konsekuensinya kalian nggak bisa bawa banyak barang. Ini gue bener-bener belajar dari style perjalanan minimalis kaya gini buat selalu bawa pergi barang-barang yang bener-bener dibutuhin aja. Terlebih lagi, gue juga belajar buat sebisa mungkin nahan nafsu beli barang oleh-oleh yang nggak berlebihan. Of course mungkin kalian bakal dipandang pelit sama temen-temen, sodara, tetangga. Kalo kalian orang yang cuek, mungkin kalian bakal kaya gue. Yang penting cap di paspor dan memorinya itu loh! Bukan oleh-olehnya. (sorry temen-temenkuu huhu, bukannya gue pelit, tapi gue ini sobad qismin).


Buat perjalanan super lama, gue nggak menyarankan buat naik pesawat low cost carrier (LCC), karena sumpil kalian pasti bakal super nggak nyaman. Kecuali kalian mau multi transit gitu yaaa. Bisa lah buat booking tiket misah-misah gitu. Buat maskapai full board kaya gini, kalian bisa lebih leluasa mengatur bagasi kalian. Biasanya kalian punya jatah kabin setara 7 kg dan bagasi pesawat setara 20-30 kg. Kalau pake maskapai full gini, kalian bisa bagi koper kalian jadi 2. Misalnya sisi kanan untuk baju-baju dan barang bawaan, sisi kiri khusus untuk oleh-oleh. Intinya ngga perlu puyeng buat menghemat jatah barang bawaan.

Btw, ngomong-ngomong soal beli tiket misah-misah tadi. Kadang strategi ini bisa ngurangi total pembelian tiket yang 1 paket gitu loh. Gue sih belum pernah, tapi denger-denger dari Dhyla yang sempet ke Korea winter lalu sih it really works. Budget dia Jakarta-Malaysia, dari Malaysia beli tiket lagi Malaysia-Korea, jauh lebih murah daripada tiket yang booking langsung Jakarta-Korea. Asumsi ini nggak pasti ya. Intinya kalian buat sendiri alternatif rutenya. Perhatikan juga kalian transit dimana dan berapa jam transit. Kalau transitnya lama banget, bisa tuh jalan-jalan negara transit menggunakan visa on arrival. Lumayan lah sekali pergi bisa mampir-mampir. Sudah banyak bandara yang menyediakan tempat penitipan koper, jadi kalian nggak perlu ribet bawa-bawa barang waktu jalan-jalan di negara transit.




Trusss, coba cek harga tiket secara reguler. Kalo bisa turn on notifikasi dari platform tiket-tiket pesawat supaya kalo ada promo bakal cepet ngerti. Gue pake aplikasi namanya Cheap Flights. Fiturnya bagus deh. Di aplikasi ini kita bisa filter rute perjalanan paling murah dari semua rute yang tersedia. Basis aplikasi ini cuma ngasih kita informasi, sedangkan buat bookingnya, aplikasi ini bakal nge-direct kita buat ke situs resmi penyelenggara tiketnya. Hal lain yang bisa gue saranin dari pengalaman temen gue, Wenning, adalah untuk cek harga tiket di jam-jam khusus seperti tengah malam, atau dini hari, atau subuh. Biasanya harga tiket bisa turun bangettt.


3. Tempat nginep

Lagi-lagi kalo kalian punya style perjalanan yang sama kaya gue, gue saranin buat sharing room. Sekarang tuh banyak banget alternatif tempat nginep yang asoy geboy buat dicoba mulai dari hostel, guesthouse, bahkan sampe hotel kapsul. Tapi karena topik tulisan ini adalah "first time", gue saranin kalian buat pake platform namanya Airbnb. Ini recommended paraaah.




Pertama kali gue ngunjungin Malaysia, gue pergi bareng 2 temen cowok gue. (Anyway gue ke Malaysia buat lomba ya). Nah, itu adalah saat pertama kali kita semua pake Airbnb. Kita bisa filter loh sesuai dengan standar appliances apa yang kita pengen. Karena saat itu gue ada acara 3 hari di Jakarta dan langsung cus ke Malaysia, gue harus nyuci baju dong. Jadi gue cari host yang punya fasilitas mesin cuci dan setrika-an. Selain itu kita cari host yang punya 2 tempat tidur dan punya sekat. Kebetulan host kita waktu itu baik banget. Dia kasih snack, minuman sachet, dan susu semuanya masing-masing 3 biji. So far, pake Airbnb ini favorit gue banget sih.


4. Your belongings

 Nah, kalo soal belongings, selain relate ke gaya travelling masing-masing, selalu perhatikan weather dan season negara tujuan. Lagi-lagi, internet sangat membantu gue saat itu. Pas gue pergi ke Malaysia nggak terlalu butuh sih observasi soal cuaca atau musim. Tapi ini kepake banget buat kalian yang mau pergi ke negara 4 seasons. 

Selain gue pake aplikasi weather yang gue yakin udah ada di semua hp smartphone di dunia ini, gue juga cek Instagram stories kaya gini.

  • Di bagian search pilih yang places. Trus ketik tempat yang mau kalian cek.


  • Ngeceknya bisa dengan lihat-lihat foto di bagian "recent" atau di buletan Austin yang bergambar anjing di bawah ini




  • Kalau gue lihat stories orang-orang ini sih gue bisa simpulin kalo sekarang keadaan di Austin nggak dingin ya, cenderung panas. Informasi ini bisa gue gabungin sama hasil dari aplikasi weather dan ramalan cuaca lainnya dari internet.



Setelah itu, baru deh kalian siapin pakaian-pakaian yang cocok sama cuaca disana. Luckily, buat yang mau bepergian di musim dingin, kalian nggak perlu bawa banyak baju karena dijamin nggak bakal keringetan. Jadi mau pake baju yang sama selama 2 hari juga nggak masalah. Buat yang pergi di musim panas atau semi gini, bawa secukupnya aja laahh. Apalagi kalau kalian cuma pergi bentar, misal selama 3-4 hari gitu. Buat yang perginya selama berminggu-minggu, ingat, ada teknologi namanya mesin cuci.


Penting loh buat simpen produk-produk skincare kalian di container kecil supaya lolos pas pemeriksaan di bandara. Perhatikan bahwa maksimal kuantitas per-botol adalah 100 ml. Jadi kalau kalian punya produk yang kuantitasnya lebih dari 100 ml, mending nggak usah dibawa atau pindahin ke tempat yang lebih minimalis.

Jangan lupa untuk bawa botol kosong buat minum. Udah banyak banget bandara yang punya tap water. Kita bisa minum langsung dari keran air yang disediakan. Daripada beli minuman botol yang akan menambah limbah plastik plus mahal pula karena beli di bandara, mending kita nikmati aja yang gratis-gratis. Setau gue, di tempat umum di beberapa negara juga udah banyak yang punya tap water. So kita bisa manfaatin itu, hehe.


5. Money

We can buy happiness by money, but money is something that we can't live without

Setuju nggak?
Kalo lo sobad qismin kaya gue, perhitungan uang sangatlah perlu. Coba deh bikin budget plan kasar sehingga kalian tau berapa minimal uang yang harus kalian bawa. Jangan lupa selalu siapkan dana cadangan.

In terms of money exchange, if you need cash, and of course you'll need it, gue nggak menyarankan buat tuker uang di Bank. Tapi ini cuma sekedar saran. Yang penting adalah temukan tempat tuker yang punya nilai paling bagus bagi kalian. Kalo kalian tinggal di Malang, gue saranin buat pergi ke money changer di belakang BCA Kawi. Tempatnya kecil bahkan nggak se-mentereng Western Union gitu, eng ing eng sejauh ini tempat itu yang cocok sama gue buat nuker duit dari rupiah ke duit negara tujuan. Sebaliknya, kalo gue pengen nuker duit negara tujuan ke rupiah (misalnya pas gue udah balik), gue tukerin duitnya di money changer sebelah Gramedia Matos yang pojokan itu loh. Menurut gue tempat itu punya nilai kurs beli yang bagus dan cocok di kantong gue. Yang paling penting sih. Nih gue garis bawahin ya. Jangan tuker duit di bandara!

Di sisi lain, buat dana cadangan gue pake dolar. Karena dolar selalu punya nilai tukar yang bagus dimanapun. Percaya deh, waktu gue ke Jepang, gue cuma tuker 30 dolar yang mungkin waktu itu senilai 400 ribuan, gue bisa dapet duit Yen sebanyak yang didapet dosen gue yang nukerin hampir 700 ribuan pake rupiah.

Kalian juga perlu observasi, mungkin dari vlog orang, blog, trivia, or sumber lainnya tentang cara transaksi di negara tujuan kalian ini pake apa. Misalnya, di Malaysia, gue masih bisa pake duit cash kemana-mana, kecuali buat bayar tempat tinggal doang yang pake kartu kredit. Bayar taxi, beli makan, jajan di supermarket juga bisa pake cash. Kalau misalnya kalian pergi ke negara yang udah ramah kartu macem e-money gitu yaaa harus dipersiapkan juga. Artinya kalian nggak perlu bawa cash banyak-banyak. Duitnya bisa dibagi untuk top up kartu itu.

Oh iya, kebiasaan gue yang mungkin bisa bermanfaat adalah buat misah-misahin uang gue. Ada yang gue simpen di slingback yang nggak misah dari badan gue, ada yang gue simpen di backpack, dan ada juga yang gue simpen di koper. Kita nggak bakal tau apa yang terjadi dalam perjalanan. In case, sesuatu terjadi, kita punya banyak back up-an. Contoh cerita dateng dari dosen gue. Waktu itu beliau pergi ke negara yang gue lupa kemana. Pokoknya sesuatu terjadi dan koper beliau nyandet di tempat lain. Tentunya pihak maskapai tanggung jawab dong. Tapi, semuanya butuh proses. Nah, selama 'proses' itu, strategi misah-misahin duit kaya gini bisa sangat berguna.


6. "Senam Lantai" pas Wudhu

Buat para sobad muslim. Nggak semua negara udah nerapin fasilitas ramah muslim, misalnya keran kamar mandi yang nggak mudah buat wudhu ataupun musholla di tempat umum. Gue tau saran ini bakal receh buanget. Tapi percayalah ini cara gue dan udah gue terapin, haha.

Toilet di luar negeri umumnya nggak punya keran pendek kaya yang kita punya di toilet-toilet Indonesia. Pilihannya sih cuma satu: wastafel. Berwudhulah di wastafel, kawan. Untungnya gue udah biasa "berjingkrak" naikin kaki buat dibasuh di wastafel selama kuliah. Bukan karena fakultas gue nggak nyediain tempat wudhu ya. Kalau ngantri gue sering memilih wastafel daripada ketinggalan jamaah shalat. Eh, ternyata skill ini kepake loh :") Kadang gue mikir apa cuma gue doang yang kaya gini. So, buat kalian yang pernah pergi ke negara mayoritasnya bukan muslim, please lemme know how you do wudhu in a proper way. Btw, jangan lupa sehabis wudhu, wastafelnya di lap yaaa.


7. Kartu SIM dan Paket Data

In fact, buat kita orang Indonesia, kartu SIM di luar negeri itu mehongg cuy. Ada beberapa negara juga yang kartu SIM-nya dibeli dengan sistem bundle. Nih malah lebih ribet lagi. Pastikan sebelum kalian kesini kalian udah mengenal karakteristik negara tersebut ya, apakah teknologinya udah maju belum, apa wifi publik ada dimana-mana dan bisa diakses siapa aja. Selain itu, kalau kalian bener-bener nggak bisa hidup tanpa koneksi data, pastikan tempat nginep kalian at least punya wifi atau modem yang bisa kalian pake. Kartu SIM ini juga dibutuhin sih kalo misalkan kalian mau registrasi di platform online transportation negara tujuan. Pas gue ke Amerika kemaren, gue nggak bisa menghemat biaya naik taksi karena gue nggak bisa daftar akun Uber. Sedangkan gue waktu itu pergi ke tempat yang nggak reachable buat transport umum. Jadi, tanyakan ke diri sendiri apa kalian bener-bener butuh atau bisa ditahan-tahan buat nggak beli kartu SIM, wkwk.



Paling penting sih, dimanapun kita berada harus utamakan keselamatan ya. 
Jangan lupa berdoa supaya perjalanan pertama kalian ini dijaga sama Allah SWT, selamat selama perjalanan hingga pulang lagi ke Indonesia, dan punya banyak cerita menarik yang bisa kalian ceritakan ketika pulang.


Travel and you will know.