Ternyata menulis dengan
rutin itu seru. Gue jadi merasa nggak ansos-ansos banget karena sesungguhnya
gue tiap hari ketemu orang yang itu-itu aja. Menulis jadi bagian dari escape. Dan cukup menghibur. Lah, kok
OOT?
Di tulisan kali ini gue
akan melanjutkan pembahasan tentang YSEALI yang banyak diminta teman-teman
melalui DM instagram. Setelah kemarin berkutat dengan topik seleksi administrasi, kali ini gue akan ngomongin soal test wawancaranya.
Source: unsplash.com |
Kalau nggak salah, dalam
1 atau 2 bulan ke depan, pendaftaran untuk fall
semester akan dibuka. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat untuk kalian yang
mau mencoba daftar beasiswa ini. Persiapkan diri kalian lebih dini biar nggak
panik kalau ada apa-apa terjadi.
Sekitar dua minggu
setelah deadline pengumpulan formulir, kalian yang lolos ke tahap wawancara
akan dihubungi via email sekitar 2 minggu kemudian. Untuk gambaran saja,
tanggal 29 Oktober 2019 gue mendapat email pemberitahuan interview, tapi email
itu baru gue terima di tanggal 30 Oktober 2019. Dan di tanggal 31 Oktober 2019,
gue wawancara.
Wawancara ini nggak akan
bertele-tele. Waktu masing-masing orang hanya berkisar 10 menit saja dan
wawancaranya dilakukan melalui Skype. Jadi pastikan kalian memiliki koneksi
internet ya. Oh iya, sangat tidak disarankan menggunakan ponsel untuk melakukan
wawancara melalui skype. Mending kalian gunakan skype via laptop.
Anyway, untuk kelolosan ke tahap interview ini gue sengaja nggak koar-koar
ke banyak orang. Trauma masa-masa dulu pas interview YSEALI juga, gue sempat
cerita ke bos pas gue magang. Eh, nyebarnya ke satu kantor. Sampai ke
kantor-kantor lain, wkwk. Malu karena udah keburu dikagumin banyak orang eh
kenyataannya masih ada banyak tantangan lain yang harus dihadapi. Karena sometimes sharing good news is nice, but too
much is exaggerating. In most cases, those are just toxic. Ini kata-kata
gue dapat dari salah satu blog alumni juga.
PERSIAPAN WAWANCARA
Berkaca dari pengalaman
interview di program beasiswa sebelumnya, juga pengalaman yang sama di YSEALI
tahun 2018, gue menyusun daftar pertanyaan yang kira-kira keluar saat
wawancara. Darimana gue dapat daftar pertanyaan itu?
- · Gue nontonin youtube dan membaca banyak blog alumni yang membahas soal interview. Kalau beruntung dan kebetulan nemu, kalian bisa baca beberapa daftar pertanyaan yang ditanyakan oleh interviewer dalam tulisan para alumni tersebut.
- Gue baca ulang esai dan minta orang lain menanyakan hal-hal yang tidak terjawab dari esai tersebut.
- · Gue tanya-tanya ke alumni atau ke orang-orang yang pernah punya pengalaman interview di program ini supaya mendapat gambaran tentang pertanyaan-pertanyaan yang mereka dapat.
Pertanyaan-pertanyaan
itu gue kumpulin dan gue persiapkan jawabannya satu-persatu. Jawaban yang
kalian persiapkan jangan terlalu umum/normatif/ngawang-ngawang, tapi harus
aplikatif dan spesifik. Misalnya gini:
Why makes you
applying in YSEALI?
Contoh jawaban yang
normatif kayak gini:
“YSEALI is an international youth program where I can enrich my
network, I can sharpen my leadership, I can improve my skill by learning in the
most powerful country in the world,....”
Percaya deh. Jawaban kayak gini mungkin udah pernah didengar sama interviewer selama ribuan kali. Saran gue, siapkan jawaban yang spesifik. Ini contoh jawaban gue:
“Firstly, YSEALI provides intensive training in the U.S university /
college and one of the focus is social entrepreneurship and economic
development, which the field that I have been working on all this time. YSEALI
will support my long term goal to increase the quality of life of people with
disabilities by empowering them through entrerpeneurship.
Secondly, I also want to learn social enterpreneurship properly from the
understanding of the United States as a forerunner. United States is the
country where the term social entrepreneurship was first introduced. The
country where the very first organization promoting social entrepreneurship was
founded, like Ashoka Foundation. The father of Social Entrepreneurship, Bill
Drayton is also came from the US. So there will be no other country better for
me to learn about social entrepreneurship besides USA. And there will be no
other program has better foundation besides YSEALI which combining two focuses
that are leadership and social projects.”
Di jawaban di atas
sedikit gue masukkan fakta-fakta yang nyambung tentang U.S.-nya sendiri. Jadi
nggak cuman tentang YSEALI aja. Supaya jawaban kalian nggak normatif,
perbanyaklah baca banyak informasi untuk
memperkuat jawabanmu. Saran ini bisa digunakan juga untuk kalian yang mau apply beasiswa apapun. Usahakan semua
jawaban yang disiapkan juga nggak bertentangan sama isi form pendaftaran, esai,
dan apa yang tertulis di surat rekomendasi ya.
HARI-H WAWANCARA
Interview gue terjadwal
pada tanggal 31 Oktober 2019 pukul 14.20 WIB. Sejam sebelumnya gue langsung
bertandang ke Ruang Perintis buat numpang wifi dan ruangan. Gue mendekam di meeting room sambil kembali baca-baca
draft pertanyaan interview dan esai yang udah gue print. Tak lupa juga gue
pinjam headset Mas Satrio.
Walaupun interviewnya
lewat Skype, gue sarankan kalian well-dressed.
Waktu itu gue dandan dikit biar kelihatan segar, nggak pucet. Terus pakai
blazer hitam dan pakai kaos Percacita. Kerudung juga nggak lupa buat disetrika
rapi.
Pastikan juga untuk
menata laptop / komputer sedemikian rupa biar mereka bisa lihat muka kita tanpa
halangan, kita juga duduk nyaman dan singkirkan hal-hal yang bisa mengganggu
konsentrasi—silent hape. Saat itu
juga gue chat ke akun skype PAS (Public
Affairs Section) Surabaya kalau gue udah siap wawancara.
Beberapa saat kemudian
ada panggilan masuk ke skype gue. Terlihat ada dua orang wanita, satu orang
Indonesia dan satunya bule. Bule yang berbeda sejak terakhir kali gue
interview. Mungkin karena beliau sudah rotasi ke negara lain.
Berikut ini
pertanyaan-pertanyaan yang keluar saat gue interview—yang gue ingat aja:
- · I read on your personal statement that you initiated a project called Percacita. Please tell us about Percacita!
- · What is your role in Percacita?
- · How did you heard about YSEALI?
- · Challenges faces by your social enterprise and how you dealing with that?
- · Why YSEALI?
- · What do you want to learn in YSEALI and in the U.S.?
- · Do you have any questions?
Pertanyaan yang
dilontarkan ke gue berhenti di menit ke 7. Mungkin karena gue kasih jawaban
yang bisa menghemat waktu. Gimana tuh maksudnya jawaban yang menghemat waktu?
Jadi, ketika sebuah pertanyaan dilontarkan, gue nggak cuman menjawab aspek yang
ditanyakan. Gue juga menjelaskan yang lain. Contoh, gue sempat ditanya, “Apa role kamu di Percacita?” Gue nggak serta
merta menjawab, “Marketing”. Nah, gue menjelaskan tugas-tugas gue juga, stage—atau perkembangan Percacita sedang
di tahap apa, serta progress yang sudah dibuat. Si pewawancara kan jadi ngak
perlu nanya lagi soal progress dan kawan-kawannya.
Di sisa waktu 3 menit
itu, gue dikasih waktu bertanya ke mereka. Apapun tentang program. Saran gue,
kalian juga kudu nyiapin beberapa pertanyaan. Jangan jawab enggak. Pertanyaan
kayak gini tuh bisa menunjukkan kalian tuh sebetulnya penasaran nggak sih atau
seberapa antusiasnya kalian ikut program ini.
Di pertanyaan ini gue bertanya beberapa pertanyaan yang nggak umum. Mungkin biasanya orang-orang akan nanya kapan pengumumannya, kapan berangkatnya. Tapi entah kenapa gue nggak ingin nanya itu. Bukannya mereka yang nanya itu salah ya. Ini berdasarkan pendapat dan pengalaman gue aja. Kan gue udah pernah ditolak tuh, jadi ini saatnya gue mengulik informasi yang lebih dari sekadar kapan pengumumannya. Siapa tau kalau gue ditolak lagi kan gue jadi bisa belajar dari perspektif mereka. Ilmunya bisa berguna buat gue apply di kesempatan selanjutnya atau di beasiswa lainnya.
Ini yang gue tanyain
waktu itu.
- · Where the host university on this term will be located?
- · I also wondering about this. I am sure that the candidates that you invited to the interview are meet your criteria. But, I wonder what makes the other stand out the most than the other candidates during the interview process? What is the main consideration for you to choose one or two candidates to get accepted to the program?
Di pertanyaan kedua ini
kita jadi ngobrol banyak. Mereka jelasin apa aja yang mereka nilai dari seorang
kandidat. Hal paling utama yang disebutkan dari beberapa hal lainnya adalah
mereka mencari kandidat yang tau jelas mau ngapain, mau belajar apa,
ekspektasinya apa. Jadi, buat YSEALI itu adalah masukan yang progresif juga.
Karena waktunya udah mau
10 menit, panggilan harus berakhir. Tanpa gue tau pengumuman selanjutnya kapan,
wkwk. Akhirnya berakhirlah sudah wawancara sore itu dengan ketidakpastian.
TAHAP SELANJUTNYA
Setelah itu gue mulai
menyibukkan diri dengan kegiatan di Percacita atau apapun itu. Gue nggak mau
menghabiskan waktu dengan ketidakpastian, huhu. Dan pada saat training di
Percacita, gue iseng buka email. Disitulah semesta kasih gue jawaban.
2 Desember 2020, ada
email masuk dari YSEALI yang meminta gue untuk kirim scanned passport. Di email itu ada satu kalimat di bold: Again,
we are still waiting for confirmation, so please do NOT take this as the final
result. Walaupun begitu gue udah di-cie-cie-in sama Mas Satrio yang
isengnya nggak ketulungan.
Tanggal 19 Desember
2020, pasca gue kirim scanned passport,
gue dapat email lagi dari YSEALI yang menyatakan bahwa kantor Washington DC
udah kasih lampu hijau. Itu berarti tanggal dan tempat kita belajar juga udah
dipastikan. Dari ketiga tema, civic
engagement, environmental issues and natural resource management, dan social entrepreneurship and economic
development; kita berangkat di waktu dan ke universitas yang berbeda. Gue
sendiri akan ditempatkan di University of Connecticut.
Tanggal 15 Januari 2020,
ada email masuk dari universitas yang akan gue tempati. Mereka kirim official letter of acceptance serta
beberapa material yang bisa dibaca. Dari sejak hari itu, mulai banyak email
berdatangan tentang assistance untuk
bikin akun di uni, ngurus visa, info tiket, dll.
KEY TAKEAWAYS
Buat teman-teman yang
tertarik untuk ikut program ini atau program sejenisnya, gue ada beberapa hal
yang perlu digarisbawahi. Beberapa hal ini juga yang disampaikan oleh pihak
YSEALI waktu kami—yang terpilih—berkunjung ke Kantor Konsulat A.S beberapa hari
lalu.
- · Jangan pernah jadikan sebuah program sebagai tujuan, tapi sebagai batu loncatan
Kata seseorang dari pihak YSEALI, dia pribadi geram melihat
banyak orang yang menjadikan sebuah program sebagai tujuan. Karena setelah program
banyak yang nggak tau mau ngapain. Alhasil, kerjaannya cuman lompat dari
konferensi satu ke konferensi lain. Tanpa bikin atau punya kontribusi apapun.
Padahal harusnya sebuah program bisa membantu kita untuk meng-elevate progress yang dilakukan
sekarang. Atau setidaknya membantu menjernihkan atau meluruskan visi ke depan.
Bukan cuman yang penting ke luar negeri, update status.
- · Bukan programnya yang penting, tapi dampak yang dibuat setelah ikut program
Hampir sama seperti poin sebelumnya, penerima beasiswa tuh
sama dengan kayak ngutang ke pemberi beasiswa lho. Ada beban yang harus ditanggung.
Ada kepercayaan yang harus dipertaruhkan. Ada kesempatan yang harus
diperjuangkan. Jadi bukannya kalau dapat beasiswa lantas bisa berbangga diri
tanpa mikirain habis program selesai mau ngapain. Terlebih lagi, ekspektasi
orang lain pasti langsung jadi naik banget begitu seseorang dapat kesempatan
yang jarang didapat orang banyak, kan? Berat coy.
- · Di luar sana banyak orang keren. Faktor terpilihnya kamu ada hubungannya dengan keberuntungan.
Kata seseorang di YSEALI, jangan duluan berbangga hati jadi yang paling
keren karena diterima dari ratusan pendaftar dari seluruh Indonesia. Faktanya,
banyak orang keren di luar sana. Terpilihnya kita juga ada faktor
keberuntungannya. Hehe. Kalau tentang poin ini sih gue udah 100% ngalamin sendiri. Gimana mungkin gue baru bisa lolos di kali ketiga, sedangkan orang-orang lain terpilih langsung di kali pertama mereka? Udah pasti ini tentang keberuntungan sih--juga tentang hal baik di waktu yang tepat.
Sebagai penutup, gue
cuman mau bilang you are bigger than the
program!
Good luck!!
Good luck!!