Siapa yang udah lulus tapi masih
nganggur, angkat tangan?
Siapa
yang udah kerja, tapi pengen nambah sumber pendapatan?
Ngomongin
duit emang nggak akan ada habisnya. Walaupun kata orang bijak, “Uang bukan
segalanya, tapi segalanya butuh uang.” Setuju nggak? Kalau gue sih nggak
setuju. Menurut gue rejeki itu nggak cuman dalam bentuk uang. Macem-macem. Ada
hal yang memang membutuhkan uang, ada yang enggak. Contohnya ketika Ibu kalian
sakit, mungkin beliau butuh uang untuk berobat. Tapi bisa jadi yang beliau
butuhkan hanya kehadiran kalian aja di sisi beliau, nemenin, nyuapin.
Oke,
baik.
Sebelum
gue dihujat karena topik keuangan ini biasanya cukup sensitif, gue akan
luruskan.
Tujuan
orang nyari uang tuh macem-macem. Ada yang karena kebutuhan (seorang ayah yang
jadi tulang punggung keluarga, misalnya), mau beli barang baru, menyambung
hidup, atau terpacu karena banyak manusia yang menilai status sosial seseorang
dari isi dompetnya—atau jumlah kartunya. Dan cara untuk dapat duit adalah
dengan kerja, dapet gaji. Menurut gue ini bukan jalan satu-satunya, masih ada
investasi saham, ngepet misalnya (canda, deng). Tapi karena masih banyak yang
menganggap kalau pengen dapat duit ya cari kerja, dapet gaji begitu, ya kita
anggap aja ini jalannya. Nggak ada yang salah. Kan kita sama-sama nggak put
ourselves on others shoes. Jadi ya sah-sah aja.
Gue
mau cerita sedikit—banyak juga terserah kan ini blog gue....loh kok galak?
Jadi
gini. Dari gue kecil, gue merasa sangat cukup. Pertama, gue bisa mendapatkan
kebutuhan tanpa merasa kurang (karena gue orangnya cukup neriman, nggak
suka minta ini itu). Kedua, gue nggak dihadapkan sama tuntutan keluarga yang
mengharuskan gue jadi tulang punggung (menanggung segala macam kebutuhan karena
suatu hal). Tapi gue cukup tau diri kalau memang merasa harus membantu, ya
membantu. Berkontribusi. Keluarga gue juga bukan yang sandwich generation gitu. Kedua hal itu sangat cukup untuk gue bisa explore banyak
hal yang gue suka, belajar ini itu, main kesana-kemari, dan bersosialisasi
dengan banyak manusia. Walaupun ada skenario semesta yang memupuskan
harapan-harapan, misalnya dulu kami sekeluarga pernah ngekos, gagal sekolah
di tempat impian karena terbentur dana, dll tapi pengganti dari harapan-harapan
itu selalu ada. Terima kasih, Ya Allah.
Kembali
ke masalah cari kerja yang sebelumnya sempet kita bahas. Sampai hari ini,
terhitung dari 4 bulan lalu gue wisuda, gue belum diterima di perusahaan
apapun—ya emang gue nggak ngelamar segitu banyak perusahaan juga sih. Alasannya
lebih ke panggilan hati dan mungkin karena gue juga terlalu percaya sama diri
sendiri bahwa idealisme harus dijaga sebelum putar haluan terbentur realita.
Kapan-kapan gue pengen cerita, tapi nggak sekarang. Intinya empat bulan gue
jadi ”pengangguran”. Ngerjain kerjaan serabutan yang cukup banyak membuat
tetangga dan saudara serta orang-orang iseng lain nanyain:
“Nanda,
udah kerja?”
“Nanda
lagi libur?”
“Kok
Nanda di rumah terus?”
“Kok
gak keluar? Gak kerja?”
Kalau
dipikir-pikir iya juga ya...
"Anak-anak"
yang masih gue rintis belum juga kelihatan batang hidungnya. Kalau
ngelihat dari pengalaman orang lain sih paling nggak butuh waktu 2-3 tahun buat
mereka bisa stabil. Akhirnya kalimat terakhir yang selalu jadi pembelaan ke
diri sendiri adalah "Ya elah, baru juga 4 bulan..."
Lalu
gue nemu ilustrasi ini dari instagram Mba April (@heyapriliaa)
Kenapa
ya orang-orang kanan dan kiri pada ribut? Orang gue yang diomongin merasa
sejahtera dan cukup-cukup aja tuh. Masih merasa cukup dan tercukupi. Kalau alasan mereka peduli adalah khawatir sama masa depan finansial gue, alhamdulillah gue masih bisa ngasih uang
saku ke adek buat liburannya, nge-transfer Mama iseng-iseng, jajan sana-sini sama
Satrio, ngalor-ngidul belanja online buat nyari skincare yang cocok, nabung dan
investasi, beli buku, upgrade devices baru—walaupun tujuannya buat
produktivitas juga, traktir temen, bayar internet di rumah, ngerombak ruangan
di rumah jadi kantor pribadi, investasi buat bisnis, dan tentunya kebutuhan
pokok gue sendiri. Pertanyaan yang muncul mungkin adalah loh katanya
nganggur, duit darimana?
Seperti
gambar di atas, selain gaji dari Percacita--bisnis sosial yang dirintis bareng
sama Mas Satrio, musuh sekaligus sahabat yang super ngeselin--gue juga nambah
pendapatan dari berbagai macam sumber.
INSTAGRAM
![]() |
Source: Instagram @tanganajaib |
Siapa
sih yang nggak punya Instagram? Platform yang sering kalian pakai untuk stalking
seseorang itu bisa jadi sumber cuan lho. Selebgram, contohnya. Mereka
mendapatkan cuan dari endorsement yang mereka pasang di Instagram. Kalau
gue sendiri, gue pakai platform ini untuk kasih lihat hasil ilustrasi dan karya
lainnya yang gue jual. Semacam portofolio gitu lah. Apalagi sekarang instagram
kan punya fitur instagram business yang membantu kalian yang mau bikin
portofolio bisnis / media di instagram. Walaupun followers di halaman gue masih
segitu-gitu aja (yang notabene gue nggak melakukan upaya marketing massive),
tapi alhamdulillah penjualan yang masuk dari ilustrasi bisa cukup buat gue
menyambung mimpi (?)
MOSELO
![]() |
Moselo.com |
Moselo
adalah marketplace creative service di Indonesia. Kayak semacam Etsy atau
Creative Market gitu lah. Barang-barang yang gue jual di Instagram juga
gue pasarkan di Moselo. Bedanya, disini gue juga jualan jasa desain grafis
kayak desain feeds instagram, desain logo, template instagram, sticker, gif
instagram, dll. Mungkin karena pasarnya niche, baru sehari gue upload
service desain feeds instagram, ada sebuah agensi besar di Jakarta yang ngontak
gue untuk kolaborasi. Mereka minta gue untuk desain-in pesenan klien-klien
mereka untuk servis social media marketing dalam paket mereka. Lagi-lagi dari
contoh ini aja gue sadar kalau rejeki itu memang sudah diatur, tugas kita cuman
nyari.
ADSENSE
![]() |
Google Adsense |
Betul.
Kalau kalian nyadar, gue baru aja pasang iklan di blog ini (kalau kalian baca
dari hp keliatan gak sih iklannya?). Bisa ditebak kan ya? Google Adsense adalah sumber cuan lainnya.
Disana kalian akan dibayar per bulan. Syaratnya cuman bikin konten yang bagus,
gitu aja. Atau kalian bisa aja nge-review produk di blog dan dibayar dari
tulisan kalian itu. Ikut program afiliasi (tapi yang ini gue belum pernah sih). Kirim-kirim artikel ke website yang menerima tulisan freelancer
juga bisa jadi alternatif sumber cuan, lho!
Sebenernya
masih banyak platform lain yang gue gunakan untuk menjemput rezeki. Contohnya
fiverrr, sribulancer, wattpad premium dll. Cuman gue masih anak baru disana,
jadi belum bisa cerita macem-macem.
Sekarang,
gue akan bawa gambar ilustrasi di atas ke sini lagi.
“Jutaan orang bahkan tidak menyadari bahwa
kita bisa menghasilkan $1000 sehari tanpa keluar rumah.” Tentu saja, syarat dan
ketentuan berlaku. Apa aja?
- 1. Kerja keras
- 2. Sabar
- 3. Terus berlatih dan berkarya
Gue
paham rasanya di judge dari gaji, pekerjaan, atau bahkan yang masih belum kerja
bakalan di judge karena di rumah mulu. Tapi jangan pernah berkecil hati kawan.
Banyak cara halal buat nyari rejeki. Dicari lagi, apa yang paling bisa kalian lakukan? Dari sana coba keluar, berselancar, cari cara gimana caranya value yang
kalian miliki bisa nggak cuman menghasilkan uang aja, tapi juga bisa bermanfaat
buat orang lain.
Beberapa
bulan lalu gue ketemu sama seorang profesor dari Swinburne University. Beliau
cerita kalau anak muda disana kalau di atas 17 tahun merasa harus keluar rumah
dan mengelana cari pengalaman sana-sini. Berbisnis, bekerja dengan orang lain,
part time, dll. Apapun kerjaannya dijabanin. Karena mereka pengen belajar buat
hidup. Bukan soal uangnya, tapi mereka sadar kalau udah gede harus bisa lebih
bermanfaat, harus lebih banyak belajar.
Mungkin
postingan ini nggak sesuai harapan. Gue bukan yang paling makmur, yang paling
sejahtera hidupnya, tapi gue cuman ingin membagikan bahwa ada banyak jalan di
luar sana yang bisa kalian coba. Semoga postingan ini bisa membuka mata dan
sedikit membantu kebimbangan kawan-kawan yang sering dibandingkan dengan mereka
yang lebih dahulu mengejar impian. Kalau kalian termasuk yang masih di rumah,
atau sekadar ingin cari penghasilan tambahan, ada banyak opsi. Tugas kita
tinggal berhenti sibuk mempertanyakan rejeki, tapi keluar dan cari. Berhenti
goleran dan menyayangkan keadaan yang seolah nggak berpihak, melainkan bangkit
dan kejar.
Ps: Eittt tapi di postingan ini belum ada pembahasan lebih jauh tentang gimana mengelola platform tersebut biar bisa dapat klien yang terus berdatangan ya? Kalau ada yang penasaran dan bertanya-tanya, ntar pan-kapan gue bikin postingannya, hehe (sok-sokan ngerti).
Ps: Eittt tapi di postingan ini belum ada pembahasan lebih jauh tentang gimana mengelola platform tersebut biar bisa dapat klien yang terus berdatangan ya? Kalau ada yang penasaran dan bertanya-tanya, ntar pan-kapan gue bikin postingannya, hehe (sok-sokan ngerti).