Sekarang Lagi Sibuk Apa? - Lagi Monolog

Tuesday, December 8, 2020

Sekarang Lagi Sibuk Apa?

"Kamu sekarang lagi sibuk apa?"

"Hai, Kak. Apa kabar? Lagi sibuk apa sekarang?"

Gak ada yang salah sama pertanyaannya. Wajar. Buat yang nanya pun gak dosa kalau nanya begitu ke orang yang udah lama banget gak ketemu atau diajak ngobrol. Sewajarnya nanyain kabar, pertanyaan soal kesibukan apa yang sedang dikerjakan juga harusnya bisa dimaklumi.

Tapi gak tau kenapa pertanyaan itu kayak jadi momok yang gede banget buat gue, sumber rasa insecure dan emosi-emosi yang nggak sehat. Sudah jelas yang salah adalah gue sendiri. Kok bisa-bisanya merasa takut dan bingung ngejawab pertanyaan mudah kayak begitu.

Jujur aja. Gue nggak pede dengan apa yang gue kerjakan sekarang. Setelah lulus, gue memutuskan untuk nggak bekerja di Multinational Company seperti yang dulu pernah gue pikirkan. Gue nggak pernah kepikiran lagi jadi Duta Besar seperti yang gue inginkan saat SMA. Pada dasarnya gue nggak bekerja di perusahaan at all. 

Gue memilih buat terombang-ambing di badai yang gue ciptain sendiri. Gue memilih balik ke meja kerja bekas mesin jahit yang dibuat Ayah dan mengerjakan idealisme-idealisme yang selama ini cuman jadi khayalan belaka. Gue memutuskan buat withdrawal aplikasi gue di sebuah perusahaan multinasional dan kembali menjadi entrepreneur. Kalo lagi nganggur gue suka inget lagi: gila woy, cari kerja susah main lepas-lepas aja kesempatan bagus kerja di mnc.  






Kadang gue merenung lamaaaa banget mikirin hidup. 

"Kira-kira kalau milih jalan yang beda gini gue bisa sama-sama makmur kayak temen-temen gue yang gajinya stabil gak ya?"

"Kira-kira gue bisa tetep berprestasi gak ya?"

"Kira-kira gue bisa dapet pembelajaran gak ya dari profesi gue yang sekarang?

"Kira-kira gue bisa berkembang sebagai seorang praktisi dan sebagai manusia in general  gak ya?"

"Kira-kira bisa gak ya gue menginspirasi banyak orang dengan jalan yang gue pilih ini?"

"Emang iya gue bisa gedein bisnis gue dan inisiasi-inisiasi lain walaupun gue gak punya pengalaman manajerial di perusahaan well-established?"

Banyaaaaakkk banget. Yaaa pada dasarnya gue memang manusia yang ribet dan rumit jadi kalo udah kepikiran sesuatu MasyaAllah detailnya luwarrr biyasaaah. 

Makanya waktu ditanya sama orang gue sekarang lagi sibuk apa, rasanya tuh campur aduk. 

Enaknya dijawab basa-basi juga atau perlu dijelasin panjang kali lebar yaaa?

Dan jawaban itu pun berakhir "Ya gitu deh, banyak." Songooong banget gak sih?

Makanya sekarang gue bikin tulisan ini buat merapikan isi kepala gue yang udah mau meledak dengan asumsi-asumsi gue sendiri. Pahamilah guys, gue lagi menguatkan diri sendiri disini. 

Satu, orang nggak peduli-peduli amat sama lu.

Dua, lu itu lulusan bisnis. Jadi sudah sewajarnya lu bikin bisnis alias ilmu lu gak sia-sia juga, bun. Orang lain pun yang sekarang lagi berkarir mungkin aja tujuannya mau bikin bisnis sendiri. Lu cuman memulainya lebih dulu dari mereka. 

Tiga, buka mata. Banyak temen-temen lu yang juga milih jalan yang sama. Bisa saling dukung, kan?

Empat, please banget untuk bisa lihat sisi positifnya. Bersyukur. Lu masih bisa punya tabungan, bisa beli barang-barang konsumtif, dan segala macem hal materialistis yang dulu lu nggak punya.  I mean, economically upaya lu menunjukkan hasilnya. 

Lima, tentunya lu belajar banyak. Ketika ada complain dari klien, lihat gimana cara lu memperlakukan mereka. Lu belajar ngehandle tim, manajemen waktu, dsb. Memang benar lu nggak punya jenjang karir yang jelas karena the world is your oyster. Lu langsung jadi pimpinan. 

Enam, networking lu macet? Evaluasi lagi. Mulai sekarang coba buka diri ke orang lain dan belajar dari expertnya. Be active, sis!

Tujuh, at the end of the day this is what you preferred. Please respect and take responsibility on it. Lu sendiri yang milih berhenti apply kerja, lu sendiri yang berani memulainya, lu harus berani menjalaninya dong?

Hal terakhir yang mau gue sampein ke diri sendiri adalah soal konsistensi. Daridulu gue selalu jadi kutu loncat. Ada saat dimana gue lagi suka banget bahasa inggris, bisnis internasional, dan isu internasional, disana gue jadi kepikiran buat jadi duta besar. Pernah juga gue lagi suka banget sama Biologi, nilai Biologi gue bagus sendiri dibanding nilai pelajaran IPA lain, disana gue kepikiran buat jadi dokter. Terlalu random pemikiran gue sampai gue lupa ada framework untuk connecting the dots. 

Bahwa dari sejak SD-SMP gue udah punya pemasukan sendiri dari jual-jualin karya gue, bahwa saat kuliah gue udah mulai bereksperimen bikin-bikin startup teknologi ranging from farming to tourism, bahwa wisdom dari semua event di kehidupan gue ujung-ujungnya balik lagi ke hal-hal berbau sosial. Lantas apa yang membuat gue begitu ragu menjalaninya?

Kembali ke konsistensi. 

Ada orang yang rela sampai semester sepuluh bahkan lebih gak lulus-lulus kuliah demi menjalankan bisnisnya, nyoba ini itu, banyak sekali. Ada orang yang rela gak nongkrong karena sibuk ikutan lomba sana-sini buat memperbagus profil dia saat lulus. Ada orang yang hasilnya dengan mudah gue lihat, tapi perjuangannya sama sekali gak dipertontonkan. 

Dan hasil yang mereka dapat tentu saja ada campur tangan dari konsistensi. Makanya gue mau nyoba buat konsisten, berhenti jadi kutu loncat, dan fokus dengan apa yang lagi gue buat. Waktunya emang gak bentar. Orang-orang hebat di luar sana bisnisnya baru bisa stabil mulai dari tahun ketiga atau keempat, trus lu mau berharap apa di tahun pertama lu memulai semua ini? Sabarrrr.....

Sekarang gimana? Bisa kan jawab kalau ditanyain lagi sibuk apa?
Sibuk bertarung dengan pemikiran sendiri. 
Karena pada dasarnya tiap orang punya insecurity-nya masing-masing.



No comments:

Post a Comment