Harusnya jadwal posting
blog minggu ini adalah lanjutan tentang beasiswa ke Amerika Serikat bernama YSEALI. Tapi karena gue belum wawancara
visa, jadi belum sempat nanya-nanya lebih lanjut ke yang berwenang berdasarkan
perspektif mereka sebagai penyedia beasiswa, jadilah gue mau curhat aja. Semoga
informasi yang gue tulis kali ini bisa bermanfaat buat kalian yang sedang
mempersiapkan atau bahkan untuk yang belum mengetahui. Tulisannya agak panjang
karena gue ingin berbagi selengkap yang gue bisa.
Oke jadi.
Baru-baru ini gue
akhirnya selesai melewati tantangan bernama tes TOEFL walaupun saat postingan
ini di-publish, hasilnya belum keluar.
Banyak temen gue yang nanya kenapa gue ambil tes TOEFL lagi padahal sebelum gue
kompre, gue udah tes TOEFL di lembaga Bahasa Inggris di Universitas
Brawijaya—semua anak UB wajib ambil tes TOEFL sebagai syarat ujian akhir.
Alasannya adalah karena tes TOEFL kali ini beda sama yang gue ambil untuk
syarat ujian S1. Saat itu, tes TOEFL yang diambil adalah TOEFT ITP (Institutional Testing Program).
Sedangkan yang baru-baru ini gue ambil jenisnya TOEFL iBT (Internet Based Test).
Source: unsplash.com |
Sekilas mengenai TOEFL
iBT, tes ini dikenalkan pertama kali pada tahun 2005 atau pada generasi ketiga
TOEFL dalam perkembangannya. Sesuai namanya, ujian TOEFL jenis ini menggunakan
komputer dan bergantung pada koneksi internet. Tentu saja, biaya ujian jauh
lebih mahal karena komponen ujiannya juga lebih lengkap—terdiri dari reading, listening, speaking, dan writing. Harganya kalau belum berubah
adalah $250. Luckily, karena gue
pernah iseng ikut les 12 minggu yang diadain sama @america dan seluruh
jaringannya di Indonesia, gue dapat voucher tes TOEFL iBT gratis! Sebetulnya
mereka punya kelas untuk GMAT juga, tapi gue nggak ikut. Monangis nggak, karena
udah dapat les gratis, dapat pula voucher gratis!
American Corner, UMM; Dok. Pribadi |
Nah, perbedaan pada tes TOEFL ITP / PBT yang gue ambil sebelum kompre, tesnya hanya mencakup listening comprehension, structure and written expression, dan reading comprehension. Sedangkan di TOEFL iBT ada komponen speaking dan writing juga. Mentor gue di @america juga mengatakan untuk lebih baik mengambil TOEFL iBT ketika level Bahasa Inggris kita ada di tahap advance, karena grammar & structure udah bukan main concern lagi disini. Test-nya akan lebih kepada penggunaan dan pemahaman suatu topik pada academic fields. Karena kita akan banyak bersinggungan dengan kesimpulan, pemahaman, mengelola informasi dengan logika, dan pengembangan idea dalam konteks akademis.
Kenapa akademis? Salah
satu alasannya adalah test TOEFL jenis iBT ini biasanya digunakan sebagai
syarat untuk menempuh studi lanjut di negara berbahasa inggris. Jadi sudah
sewajarnya bila format ujiannya pun disesuaikan secara praktis.
Pada postingan kali ini
gue akan membahas beberapa hal yang gue harap akan sangat berguna buat kalian
yang akan mengambil atau menghadapi tes ini. Langsung lompat ke poin yang
menurut kalian penting ya. Kalau bisa sih dibaca semua, ehe.
- Struktur Test
- Pendaftaran Test
- Persiapan
- Hal-Hal Super Penting yang Harus Diperhatikan Saat Test
- Key Takeaways / Manfaat yang (Ternyata) Didapat dari Test
Langsung aja kita mulai!
STRUKTUR TEST
Buat yang belum
familiar, test ini terdiri dari 4 komponen yaitu reading, listening, speaking dan writing. Dimulai sejak tanggal 1 Agustus 2019 lalu, ETS (badan yang
mengelola dan berhak mengeluarkan soal-soal TOEFL) mereduksi waktu ujian yang
semula 4 jam menjadi 3 jam 30 menit (10 menit istirahat). Topik pada soal-soal
TOEFL di tiap komponennya tidak tertentu pada satu subjek saja tapi kita akan sangat
mungkin untuk mendapatkan soal dengan topik yang nggak familiar—buat gue yang
anak bisnis—seperti Impressionism, Urban
Climates, Mesolithic Age atau topik dalam kuliah psikologi seperti Generalization dan perilaku manusia
lainnya. Gue jelasin sedikit ya tiap komponennya!
- Reading
Pada reading, kita bisa mendapat 3-4 artikel akademis yang
tiap passage akan diberikan 10 soal
dengan waktu total 54 – 72 menit. Isi bacaannya bisa bersumber dari sumber
akademis seperti jurnal, buku pelajaran, surat kabar, dll.
- Listening
Pada sesi ini, kita akan mendapat 3-4 audio dalam format
perkuliahan (dosen mengajar mahasiswa) yang dilengkapi dengan 6 pertanyaan
untuk setiap rekaman. Selain itu, kita juga akan mendengar 2-3 percapakan antara
mahasiswa dengan dosen, mahasiswa dengan campus
administrator, atau bahkan mahasiswa dengan petugas perpustaan. Segala
percakapan yang memungkinkan dalam lingkup universitas. Setelah itu kita harus
menjawab 5 pertanyaan dari setiap percakapan. Total waktu pada sesi ini adalah
41-57 menit.
- Speaking
Udah pasti dong di sesi ini kita diminta ngomong. Ada 4 tasks yang harus diselesaikan, yaitu 1 independet (personal choice) dan 3 integrated. Kalau independent kita cuman perlu jawab pertanyaan yang tertera. Tapi
kalau integrated, kita harus mendengarkan
juga atau membaca dan mendengarkan sebelum menjawab soal. Untuk independent, waktu kita ngomong adalah
45 detik. Sedangkan pada integrated
listening, waktu kita terbatas pada 60 detik.
Speaking ini ada
pola jenis soalnya:
-
Personal choice, meminta kita untuk
menjawab sesuai opini sendiri terharap—biasanya—dua pilihan yang dikasih.
Misal, do you agree or disagree,
advantage or disadvantage, dll. Contoh soalnya nih misalnya, "Kamu setuju nggak kalau sebelum
menikah, dua orang harus pacaran dulu?" Jenis soal yang mungkin keluar banyak,
coba cari lebih lanjut dari sumber lain yaaa. Waktunya 15 detik untuk
mempersiapkan jawaban dan 45 detik untuk menjawab.
-
Paired choice, menugaskan kita untuk
membaca pengumuman singkat di kampus lalu mendengarkan percakapan dua orang
mahasiswa yang tengah menanggapi pengumuman itu. Setelah itu kita diminta
menyimpulkan dari keduanya, bacaan dan percakapan. Waktunya 30 detik untuk mempersiapkan
jawaban dan 60 detik untuk menjawab.
-
Academic lecture, terdapat bacaan
tentang topik perkuliahan dan audio tentang profesor atau dosen yang mengajar
topik yang sama. Disini kita diminta untuk menyimpulkan keduanya. Nah biasanya
profesor akan memberikan detail dan contoh lebih lanjut mengenai topik dalam
bacaan. Waktunya 30 detik untuk mempersiapkan jawaban dan 60 detik untuk
menjawab.
- Academic Lecture, meminta kita untuk mendengarkan perkuliahan—saja. Lalu menjelaskan kembali apa saja yang dijelaskan oleh profesor. Waktu mempersiapkan jawaban adalah 20 detik dan 60 detik untuk menjawab.
- Academic Lecture, meminta kita untuk mendengarkan perkuliahan—saja. Lalu menjelaskan kembali apa saja yang dijelaskan oleh profesor. Waktu mempersiapkan jawaban adalah 20 detik dan 60 detik untuk menjawab.
- Writing
Ada 2 esai yang harus kita kerjakan yaitu independent (personal choice) dan integrated essay (membaca dan mendengar, lalu menulis). Pada independet essay kita akan diberi topik
dan menjawab berdasarkan opini kita. Misalnya, "Kamu setuju nggak kalau
anak-anak SD pakai baju bebas ke sekolah?" Waktu untuk mengerjakan independent essay adalah 20 menit.
Bagusnya sih kita menulis minimal 300 kata pada esai ini. Sedangkan waktu untuk
mengerjakan integrated essay adalah
30 menit. Esai yang efektif untuk integrated essay adalah yang terdiri dari 150-225 kata.
PENDAFTARAN TEST
Pendaftaran test hanya bisa dilakukan melalui website ETS. Kalian akan diminta untuk membuat akun,
memilih tempat test dan memeriksa jadwal yang tersedia. Usahakan mendaftar paling lambat H-7 dari jadwal yang kalian inginkan ya. Karena kalau enggak, kalian harus bayar biaya booking dadakan gitu. Kalau sudah memilih
jadwal, kalian akan diminta untuk mengisi beberapa informasi seperti data
pribadi, tujuan test buat apa, dan juga opsi untuk mengirimkan hasil test ke
beberapa institusi yang kalian mau daftar—maksimal 4 institusi. Jadi buat yang
mau daftar S2, catat kode universitas / departemen terkait buat dimasukkan ke
kolom penerima hasil test di website ETS. Batas meralat informasi penerima
adalah H-1 sebelum jadwal test kalian.
PERSIAPAN TEST
Di awal postingan ini gue sempet cerita kalau gue
dapat kesempatan untuk les gratis 12 minggu. Dan buat gue, les itu sama sekali
nggak cukup. Karena 1) bahasa Inggris gue nggak bagus-bagus amat (standar lah
pokoknya nggak komprehensif); 2) gue sama sekali belum kenal sama jenis TOEFL
ini; 3) struggle gue masih sama,
stuktur dan grammar; 4) gue ikut les
gratis sembari nyelesaiin skripsi jadi nggak take it seriously.
Dok. pribadi |
Akhirnya gue coba untuk otodidak latihan ngerjain
soal-soal dari buku terbaru keluaran ETS yang lagi-lagi didapat secara
gratis—punya Mas Satrio sih, gue minjem. Dan gue masih insecure untuk menggunakan vocer yang berharga untuk tes. Jadi gue
tunda-tunda tuh jadwal test sampai akhirnya gue—mau nggak mau—make vocernya di
tanggal 1 Februari 2020. Udah lewat 10 bulan dari terakhir kali gue les, lol.
Karena masa berlaku vocernya cuman 12 bulan aja dari hari kita dapat kodenya gaesss.
Setelah gue kelarin skripsi dll, gue akhirnya inget kalau gue harus tes TOEFL. Nggak ada yang mengharuskan juga sih karena gue masih mau rehat 1 tahun sebelum ambil sekolah lagi. Tapi gue rasa tes ombak juga nggak masalah. Kan kalau nilainya bagus, gue udah bisa mulai nyicil berkas untuk daftar sekolah lagi, kan? Kalau bagus, hiks (takoooottt). Akhirnya pada bulan Desember, sebulan sebelum rencana jadwal ambil test (rencana test awal adalah tanggal 11 Januari 2020), gue langganan suatu platform bernama Best My Test. Gue ambil paket sebulan dengan harga $69.
www.bestmytest.com |
Dari banyak pilihan platform persiapan TOEFL, akhirnya gue memutuskan untuk
berlangganan karena dia punya source materi
dan strategi yang buanyak, ribuan bank soal, dan yang paling mengagumkan buat
gue adalah dia kasih report lengkap sehabis kita ambil simulation—sesuatu yang
gue butuh banget. Misalnya di tipe pertanyaan vocabulary, grafik kita berapa. Di pertanyaan tipe inference question grafik kita berapa itu lengkap di breakdown satu per satu. Sayangnya karena saat tulisan ini ditulis, masa berlangganan gue habis jadi nggak bisa kasih screenshot-nya di tulisan ini.
Dari hasil diagnostik sehabis simulasi tersebut, nih platform juga bakal kasih rekomendasi soal-soal yang harus dikerjakan sesuai hasil grafiknya, serta materi yang harus kita tamatin di tiap simulation report-nya sesuai dengan materi mana yang kita banyak kurangnya. Selain itu, paket yang gue ambil juga termasuk sama nanya ke tutor dan kasih hasil speaking dan writing buat mereka kasih feedback personal dan review—termasuk score juga. Di tiap materi, video pembelajaran, dan strategi yang dikasih juga mantap dan aplikatif. Soal-soal di platform ini ada sebagian yang sengaja dibuat lebih susah dari level soal TOEFL aslinya, katanya sih supaya kita tahan banting dan melahap segala jenis soal. Persiapan buat menghadapi soal-soal risetnya si ETS yang kadang suka disisipin gitu buat development model dan jenis soal di masa mendatang.
Dari hasil diagnostik sehabis simulasi tersebut, nih platform juga bakal kasih rekomendasi soal-soal yang harus dikerjakan sesuai hasil grafiknya, serta materi yang harus kita tamatin di tiap simulation report-nya sesuai dengan materi mana yang kita banyak kurangnya. Selain itu, paket yang gue ambil juga termasuk sama nanya ke tutor dan kasih hasil speaking dan writing buat mereka kasih feedback personal dan review—termasuk score juga. Di tiap materi, video pembelajaran, dan strategi yang dikasih juga mantap dan aplikatif. Soal-soal di platform ini ada sebagian yang sengaja dibuat lebih susah dari level soal TOEFL aslinya, katanya sih supaya kita tahan banting dan melahap segala jenis soal. Persiapan buat menghadapi soal-soal risetnya si ETS yang kadang suka disisipin gitu buat development model dan jenis soal di masa mendatang.
Jadilah sehari-hari gue belajar, latihan soal dari
banyak sumber (CD pembelajaran dari buku ETS dan Barron, Best My Test, Edusynch
sisa Satrio langganan), mantengin video-video National Geographic, latihan pronounciation di aplikasi Cake, dll. Karena gue sadar active skills gue kurang terlatih. Dari sini gue mulai immitating si native speakers ngomong apa, mencoba memahami dan menceritakan kembali seinget dan sebisa gue.
Hingga nggak terasa H-1 test--saat itu 10 Januari 2020, gue kaget
sekaget-kagetnya karena nggak ada jadwal test yang ditemukan di akun ETS gue! Padahal besoknya tanggal 11 Januari 2020 adalah hari dimana gue test. Panik!! Dan ternyata.........
Merasa tulisan ini bermanfaat?
Tinggalkan komentar sebelum lanjut baca Part 2 yaa!
No comments:
Post a Comment