Banyak Tahu Gara-Gara Test TOEFL – Part 2 - Lagi Monolog

Tuesday, February 4, 2020

Banyak Tahu Gara-Gara Test TOEFL – Part 2


Halo! Di tulisan kali ini gue akan membahas lanjutan dari topik tentang test TOEFL iBT yang memang kemarin sengaja dibagi jadi 2 part. Ternyata gue nulis panjang banget sepanjang alasan doi (plis, jayus). Oke, jadi langsung aja kita lanjut ke pembahasannya!


Source: Unsplash.com


Terakhir kali gue cerita kalau H-1 jadwal yang seharusnya gue test—11 Januari 2020, gue nggak nemu jadwal yang terekam di website ETS. Panik, dong pastinya karena gue juga nggak yakin kalau udah bikin kesalahan. Gue obrak-abrik email, website, dan segala sumber yang gue tau untuk nyari alasan kenapa jadwal gue nggak tertera. Memang ya, manusia itu suka nggak mengakui kesalahan sendiri. Dibantu Mas Satrio, manusia paling rasional yang gue kenal, gue mengerti ternyata diri ini belum klik tombol “checkout” sebulan lalu saat mendaftar. Itu sama kayak kita ngerjain tugas semalaman dengan penuh usaha, tapi lupa ngumpulin.

Alhasil gue daftar lagi untuk jadwal test tiga minggu setelahnya, karena saat gue daftar ulang, waktu test selanjutnya udah kurang dari H-7 dan gue nggak mau bayar late fee. Berhubung waktu langganan di Best My Test juga udah habis dan nanggung juga kalau mau langganan lagi untuk membayar kesalahan bodoh yang gue lakukan, gue belajar seadanya sambil kembali menjalani rutinitas bantu Satrio ngurus Percacita. Persiapan jadi semakin sulit dilakukan karena gue harus bagi waktu dengan ini itu—atau ini cuman alasan gue aja karena nggak disiplin belajarnya.

Dan nggak terasa, tibalah hari test yang terus-terusan tertunda itu.


HAL-HAL SUPER PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN SAAT TEST

Keluar dari ruangan test, gue betul-betul pasrah ke Yang Maha Tau karena ada beberapa hal yang berjalan jauh lebih baik dari yang gue kira, ada hal yang betul-betul kacau. Nih, gue coba rangkum apa saja yang harus diperhatikan saat test.

1.       Persiapan Mental

Selalu, yang namanya ujian, apapun itu, mental harus siap siaga. Harapannya adalah ketika ada hal-hal yang nggak berjalan baik, kita tetap bisa menjalankan ujiannya dengan sebaik-baiknya. Misalnya dengan nggak terlambat ketika datang ke tempat ujian. Walaupun berbeda dengan test TOEFL biasanya yang kita bakal mulai bareng-bareng dan berakhir bareng-bareng, di iBT, waktu yang tertera untuk masing-masing orang ada di komputer. Makanya, nggak perlu heran kalau saat kita masih ngerjakan listening, ada orang yang berisik karena dia lagi speaking. Bisa jadi dia mulai lebih duluan daripada kita.

Banyak orang yang menyarankan untuk mulai lebih lambat dari orang lain. Jadi nanti waktu mereka udah kelar speaking, kita baru speaking tanpa ada distraksi. Selain itu kita juga bisa mencuri dengar tentang kira-kira apa yang ditanyakan sama soal dari jawaban orang yang ngomong-ngomong sendiri itu. Tapi gue pribadi kalau bisa ngulang waktu, akan berusaha untuk mulai duluan, sebelum orang-orang mulai ngomong. Karena gue memegang prinsip “cepet mulai, cepet selesai. Hasilnya pasrah aja”.

2.       Kuasai Tiap Jenis Soal dan Strategi Dengan Baik

Di TOEFL iBT itu biasanya kita mengenal yang namanya template. Terutama untuk menjawab pertanyaan di sesi speaking dan writing. Waktu latihan, gue juga berusaha menguasai template itu, maunya kayak gimana, intinya kayak gimana. Jadi biar kalau terpaksa harus improvisasi, gue tau ngarahin jawabannya kemana. Template ini membantu banget sih buat gue. Kalian bisa cari di internet, ada begitu banyak template jawaban yang tersedia. Tapi jangan berharap banyak ya, karena template ini cuman membantu kita ngarahin jawabannya mau kemana, bukan pada kontennya akan seperti apa.

Penting juga untuk menguasai tiap-tiap jenis soal. Misalnya di reading, kalau pertanyaan kesimpulan berarti harus pilih 3 jawaban yang paling relevan yang menggambarkan keseluruhan bacaan. Kalau di writing, di soal integrated essay harus langsung paham kalau yang harus kita lakukan adalah membandingkan opini bacaan dengan opini profesor di kelas dengan topik yang sama. Cara untuk menguasai itu semua adalah dengan perbanyak latihan supaya terbiasa dengan jenis-jenis soalnya. Menurut gue penting juga untuk menguasai interface dari soal-soal iBT itu sendiri, seperti dimana letak waktu berada, dimana tombol volume, dimana tombol continue, dll.

3.       Lihat Jam Berkali-Kali

Semua waktu yang diperlukan untuk mengerjakan setiap komponen sudah tertera di komputer masing-masing. Dan itu semua kita yang kendalikan. Nggak seperti TOEFL ITP/PBT yang nggak memperbolehkan kita untuk balik ke soal-soal sebelumnya, di iBT kita bebas balik ke soal-soal sebelumnya selama waktunya masih berjalan. Kalau sudah selesai, testnya akan lanjut ke sesi selanjutnya secara otomatis. Makanya, penting untuk selalu cek waktu dan memprediksi kira-kira harus berapa menit mengerjakan sisa soal yang belum dijawab. Kalau bisa sih sisain waktu untuk mengecek kembali soal yang belum dijawab/yang masih ragu-ragu.

4.       Pakai Jaket dan Bawa Perbekalan yang Cukup

Ruangan test bisa aja dingin dan hal-hal yang sepele kayak gini bisa bikin kita jadi nggak konsentrasi. Jadi persiapkan segala kemungkinan. Lalu, jangan sampai kebelet ke toilet saat test karena waktu terus berjalan. Kemarin gue cuman minum beberapa teguk sebelum test—kebiasaan. Alhasil, gue ke kamar mandi beberapa kali dan cukup khawatir kalau saat test gue jadi nggak konsen gara-gara kebelet. Untungnya gue nggak kebelet, hehe.

Waktu istirahat yang diberikan adalah 10 menit. Tapi akan jadi ide buruk kalau kalian nekad makan siang di waktu yang sedikit itu. Paling aman adalah makan snack. Jadi saran gue, bawalah snack yang kira-kira nggak mengganggu digestion system—nggak bikin sakit perut, nggak bikin terlalu kenyang.



KEY TAKEAWAYS / MANFAAT YANG (TERNYATA) DIDAPAT DARI TEST

Berwawasan!

Kayaknya satu kata itu aja udah cukup untuk menggambarkan manfaat dari ngambil test ini deh buat gue. Jujur, gue kayak bisa mencerna banyak hal yang nggak terduga dan ternyata seru. Misalnya gue dapet bacaan soal Suku Inupiat di Alaska. Mana pernah gue tahu sebelumnya kalau cuman suku itu yang secara legal boleh memburu bowhead whale, padahal binatang ini adalah binatang yang dilindungi. Dengan catatan maksimal 3 ekor per tahun. Mereka butuh makanan untuk bisa bertahan hidup di musim dingin. Masalahnya di Alaska sana kan semusim-musim panasnya ya tetep dingin. Sampai ada fenomena hari tanpa sinar matahari atau dikenal dengan nama Malam Kutub di wilayah Kutub Utara di kota Utqiagvik, Alaska. Kota ini diselimuti kegelapan selama 65 hari tanpa sinar matahari.


Source: Unsplash.com

Tanpa mengalami proses pembelajaran ini gue nggak akan pernah belajar tentang siapa itu Severn Barrage, gimana sejarah ditemukannya Iron, gimana ombak bergerak, asal usul mata kok bisa ada pada makhluk hidup padahal dulunya di Bumi ini semua makhluk hidupnya bersel satu dan nggak punya mata, atau soal perdebatan sebenarnya dinosaurus itu endoterm kayak manusia apa nggak sih? Gue juga nggak akan pernah peduli soal sejarah Blue Jeans yang sehari-hari gue pakai, kalau gue nggak ngerjain soal-soal TOEFL ini.

Seru.

Gue sangat menikmati perjalanan ini. Gue jadi paham kalau kita memang nggak perlu tau semua hal, tapi tau cukup banyak hal ternyata menyenangkan. Pernah gue nemu suatu pernyataan yang menurut gue ada benarnya. Kurang lebih begini,

"Manusia itu harus membaca fiksi dan non fiksi dengan seimbang; agar pembahasan antar manusia tidak hanya melibatkan pemikiran yang dangkal atau sebaliknya hanya orasi serius tanpa perasaan."
Cukup sekian yang bisa gue bagikan, gue akan update lagi soal TOEFL iBT seperti template seperti apa yang gue pakai, alokasi waktu belajar, dll yang lebih detail kalau pembaca tulisan ini mencapai target. Cihuyy!

Jangan lupa untuk baca part satunya disini :


Apakah tulisan ini bermanfaat?
Tinggalkan komentar di bawah ya!

No comments:

Post a Comment