Halo! Di tulisan kali
ini gue akan membahas lanjutan dari topik tentang test TOEFL iBT yang memang
kemarin sengaja dibagi jadi 2 part. Ternyata gue nulis panjang banget sepanjang
alasan doi (plis, jayus). Oke, jadi langsung aja kita lanjut ke pembahasannya!
Source: Unsplash.com |
Terakhir kali gue cerita
kalau H-1 jadwal yang seharusnya gue test—11 Januari 2020, gue nggak nemu
jadwal yang terekam di website ETS. Panik, dong pastinya karena gue juga nggak
yakin kalau udah bikin kesalahan. Gue obrak-abrik email, website, dan segala
sumber yang gue tau untuk nyari alasan kenapa jadwal gue nggak tertera. Memang
ya, manusia itu suka nggak mengakui kesalahan sendiri. Dibantu Mas Satrio,
manusia paling rasional yang gue kenal, gue mengerti ternyata diri ini belum
klik tombol “checkout” sebulan lalu
saat mendaftar. Itu sama kayak kita ngerjain tugas semalaman dengan penuh usaha,
tapi lupa ngumpulin.
Alhasil gue daftar lagi
untuk jadwal test tiga minggu setelahnya, karena saat gue daftar ulang, waktu
test selanjutnya udah kurang dari H-7 dan gue nggak mau bayar late fee. Berhubung waktu langganan di Best
My Test juga udah habis dan nanggung juga kalau mau langganan lagi untuk membayar
kesalahan bodoh yang gue lakukan, gue belajar seadanya sambil kembali menjalani
rutinitas bantu Satrio ngurus Percacita. Persiapan jadi semakin sulit dilakukan
karena gue harus bagi waktu dengan ini itu—atau ini cuman alasan gue aja karena
nggak disiplin belajarnya.
Dan nggak terasa,
tibalah hari test yang terus-terusan tertunda itu.
HAL-HAL SUPER PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN SAAT TEST
Keluar dari ruangan
test, gue betul-betul pasrah ke Yang Maha Tau karena ada beberapa hal yang berjalan
jauh lebih baik dari yang gue kira, ada hal yang betul-betul kacau. Nih, gue
coba rangkum apa saja yang harus diperhatikan saat test.
1.
Persiapan
Mental
Selalu, yang namanya
ujian, apapun itu, mental harus siap siaga. Harapannya adalah ketika ada
hal-hal yang nggak berjalan baik, kita tetap bisa menjalankan ujiannya dengan
sebaik-baiknya. Misalnya dengan nggak terlambat ketika datang ke tempat ujian. Walaupun
berbeda dengan test TOEFL biasanya yang kita bakal mulai bareng-bareng dan
berakhir bareng-bareng, di iBT, waktu yang tertera untuk masing-masing orang
ada di komputer. Makanya, nggak perlu heran kalau saat kita masih ngerjakan listening, ada orang yang berisik karena
dia lagi speaking. Bisa jadi dia
mulai lebih duluan daripada kita.
Banyak orang yang menyarankan
untuk mulai lebih lambat dari orang lain. Jadi nanti waktu mereka udah kelar speaking, kita baru speaking tanpa ada distraksi. Selain itu kita juga bisa mencuri
dengar tentang kira-kira apa yang ditanyakan sama soal dari jawaban orang yang
ngomong-ngomong sendiri itu. Tapi gue pribadi kalau bisa ngulang waktu, akan
berusaha untuk mulai duluan, sebelum orang-orang mulai ngomong. Karena gue
memegang prinsip “cepet mulai, cepet selesai. Hasilnya pasrah aja”.
2.
Kuasai
Tiap Jenis Soal dan Strategi Dengan Baik
Di TOEFL iBT itu
biasanya kita mengenal yang namanya template.
Terutama untuk menjawab pertanyaan di sesi speaking
dan writing. Waktu latihan, gue
juga berusaha menguasai template itu, maunya kayak gimana, intinya kayak
gimana. Jadi biar kalau terpaksa harus improvisasi, gue tau ngarahin jawabannya
kemana. Template ini membantu banget sih buat gue. Kalian bisa cari di
internet, ada begitu banyak template jawaban yang tersedia. Tapi jangan
berharap banyak ya, karena template ini cuman membantu kita ngarahin jawabannya
mau kemana, bukan pada kontennya akan seperti apa.
Penting juga untuk
menguasai tiap-tiap jenis soal. Misalnya di reading,
kalau pertanyaan kesimpulan berarti harus pilih 3 jawaban yang paling relevan
yang menggambarkan keseluruhan bacaan. Kalau di writing, di soal integrated
essay harus langsung paham kalau yang harus kita lakukan adalah
membandingkan opini bacaan dengan opini profesor di kelas dengan topik yang
sama. Cara untuk menguasai itu semua adalah dengan perbanyak latihan supaya
terbiasa dengan jenis-jenis soalnya. Menurut gue penting juga untuk menguasai interface dari soal-soal iBT itu
sendiri, seperti dimana letak waktu berada, dimana tombol volume, dimana tombol
continue, dll.
3.
Lihat
Jam Berkali-Kali
Semua waktu yang
diperlukan untuk mengerjakan setiap komponen sudah tertera di komputer
masing-masing. Dan itu semua kita yang kendalikan. Nggak seperti TOEFL ITP/PBT yang
nggak memperbolehkan kita untuk balik ke soal-soal sebelumnya, di iBT kita
bebas balik ke soal-soal sebelumnya selama waktunya masih berjalan. Kalau sudah
selesai, testnya akan lanjut ke sesi selanjutnya secara otomatis. Makanya,
penting untuk selalu cek waktu dan memprediksi kira-kira harus berapa menit mengerjakan
sisa soal yang belum dijawab. Kalau bisa sih sisain waktu untuk mengecek
kembali soal yang belum dijawab/yang masih ragu-ragu.
4.
Pakai
Jaket dan Bawa Perbekalan yang Cukup
Ruangan test bisa aja
dingin dan hal-hal yang sepele kayak gini bisa bikin kita jadi nggak
konsentrasi. Jadi persiapkan segala kemungkinan. Lalu, jangan sampai kebelet ke
toilet saat test karena waktu terus berjalan. Kemarin gue cuman minum beberapa
teguk sebelum test—kebiasaan. Alhasil, gue ke kamar mandi beberapa kali dan
cukup khawatir kalau saat test gue jadi nggak konsen gara-gara kebelet.
Untungnya gue nggak kebelet, hehe.
Waktu istirahat yang
diberikan adalah 10 menit. Tapi akan jadi ide buruk kalau kalian nekad makan
siang di waktu yang sedikit itu. Paling aman adalah makan snack. Jadi saran
gue, bawalah snack yang kira-kira nggak mengganggu digestion system—nggak bikin sakit perut, nggak bikin terlalu
kenyang.
KEY TAKEAWAYS / MANFAAT YANG (TERNYATA) DIDAPAT DARI TEST
Berwawasan!
Kayaknya satu kata itu
aja udah cukup untuk menggambarkan manfaat dari ngambil test ini deh buat gue. Jujur,
gue kayak bisa mencerna banyak hal yang nggak terduga dan ternyata seru.
Misalnya gue dapet bacaan soal Suku Inupiat di Alaska. Mana pernah gue tahu
sebelumnya kalau cuman suku itu yang secara legal boleh memburu bowhead whale, padahal binatang ini
adalah binatang yang dilindungi. Dengan catatan maksimal 3 ekor per tahun.
Mereka butuh makanan untuk bisa bertahan hidup di musim dingin. Masalahnya di Alaska
sana kan semusim-musim panasnya ya tetep dingin. Sampai ada fenomena hari tanpa
sinar matahari atau dikenal dengan nama Malam Kutub di wilayah Kutub Utara di
kota Utqiagvik, Alaska. Kota ini diselimuti kegelapan selama 65 hari tanpa
sinar matahari.
Source: Unsplash.com |
Tanpa mengalami proses
pembelajaran ini gue nggak akan pernah belajar tentang siapa itu Severn
Barrage, gimana sejarah ditemukannya Iron,
gimana ombak bergerak, asal usul mata kok bisa ada pada makhluk hidup padahal
dulunya di Bumi ini semua makhluk hidupnya bersel satu dan nggak punya mata, atau soal perdebatan
sebenarnya dinosaurus itu endoterm kayak manusia apa nggak sih? Gue juga nggak
akan pernah peduli soal sejarah Blue
Jeans yang sehari-hari gue pakai, kalau gue nggak ngerjain soal-soal TOEFL
ini.
Seru.
Gue sangat menikmati
perjalanan ini. Gue jadi paham kalau kita memang nggak perlu tau semua hal,
tapi tau cukup banyak hal ternyata menyenangkan. Pernah gue nemu suatu pernyataan
yang menurut gue ada benarnya. Kurang lebih begini,
"Manusia itu harus membaca fiksi dan non fiksi dengan seimbang; agar pembahasan antar manusia tidak hanya melibatkan pemikiran yang dangkal atau sebaliknya hanya orasi serius tanpa perasaan."Cukup sekian yang bisa gue bagikan, gue akan update lagi soal TOEFL iBT seperti template seperti apa yang gue pakai, alokasi waktu belajar, dll yang lebih detail kalau pembaca tulisan ini mencapai target. Cihuyy!
Jangan lupa untuk baca
part satunya disini :
Apakah tulisan ini
bermanfaat?
Tinggalkan komentar di
bawah ya!
No comments:
Post a Comment