Emosi, dalam konteks marah adalah
hal yang paling bisa gue lakuin. Pertama, mungkin karena gue pernah jadi
anggota Paskibra. Menjadi partner Komisi
Disiplin yang bertugas sebagai center ketika
pressing. Membuat gue mengenal dekat ‘marah-marah’
itu seperti apa. Kedua, mungkin karena alasan lingkungan keluarga. Ayah gue
orang militer. Terbiasa disiplin dan tegas. Kalo dimarahin ayah, gue cuma bisa
kicep. Tapi bukan berarti dia otoriter. Ayah selalu kasih space untuk gue membela diri. Open
dialogue. Sebaliknya, fyi Mama
lebih sabar dan kalem. Pandai menahan.
Mungkin karakter gue ada di
tengah-tengah. Antara ayah dan mama. Kadang hati gue sakit denger omongan orang
tentang gue. Apalagi yang nggak bener, yang menyinggung prinsip, yang membercandakan sesuatu yang mengandung value buat gue, dan yang sok
tau. Tapi gue bisa memaklumi. Mungkin begitu cara orang-orang mengakrabkan
diri. Sayangnya, nggak semuanya bisa gue tahan. Ada beberapa hal yang mudah
menyulut emosi dan gue memilih untuk membuang emosi itu kembali supaya nggak
jadi endapan di hati gue. Males manajemennya. Ribet. Jadi gue buang rasa-rasa
mengganggu itu dengan 1) marah atau 2) nangis.
Dulu gue suka marah-marah. Lebih ekspresif lah dibanding sekarang. Kalo ngomong nyablak dan apa adanya. Ternyata itu bisa melukai orang lain. Gue baru sadar banget setelah ada orang-orang yang ngingetin gue bahwa kita juga hidup berdampingan dengan orang lain. Terima kasih kepada siapapun itu. So, I realized that my words cut deeper than a knife. Kayak lagunya Shawn Mendes. Not only my words. Your words too, guys! Untuk sekarang, gue nggak ngerti apa cara gue dalam mengatur rasa marah sudah tepat atau belum. Namun sepertinya udah lebih baik. Nggak jor-joran. Abis ngerasa kecewa langsung mengekspresikannya. Gue diemin dulu bentar. Nanti kalo udah waktunya keluar, gue keluarin.
Dulu gue suka marah-marah. Lebih ekspresif lah dibanding sekarang. Kalo ngomong nyablak dan apa adanya. Ternyata itu bisa melukai orang lain. Gue baru sadar banget setelah ada orang-orang yang ngingetin gue bahwa kita juga hidup berdampingan dengan orang lain. Terima kasih kepada siapapun itu. So, I realized that my words cut deeper than a knife. Kayak lagunya Shawn Mendes. Not only my words. Your words too, guys! Untuk sekarang, gue nggak ngerti apa cara gue dalam mengatur rasa marah sudah tepat atau belum. Namun sepertinya udah lebih baik. Nggak jor-joran. Abis ngerasa kecewa langsung mengekspresikannya. Gue diemin dulu bentar. Nanti kalo udah waktunya keluar, gue keluarin.
Perkara nangis, gue juga paling
jago. Temen-temen bilang gue cengeng. Kalo gue boleh membela diri, gue akan
bilang itu adalah upaya untuk nggak menimbun elemen negatif yang mungkin bisa
jadi alasan gue buat depresi. Habis nangis syaratnya satu. Tidur. Ajaibnya, gue
pasti bangun dengan perasaan lebih baik. Bisa berpikir jernih dan rasional.
Emosi negatifnya ikut luntur dengan air mata. Lalu gue pasti akan kesulitan
untuk menceritakan kembali alasan gue nangis. Karena semua terasa menguap
begitu saja.
Ada yang bilang nangis cuma buat
orang yang baperan. Padahal, menurut gue buat apa Tuhan menciptakan manusia
punya perasaan. Buat apa ada rasa kecewa, marah, sedih, dan teman-temannya
kalau hal itu nggak seharusnya kita rasain. Ibaratnya, emosi-emosi ini yang
membedakan kita, manusia dengan mesin.
Gue juga nggak setuju dengan kutipan
“Boys don’t cry”. Nggak semua cowok
yang nangis itu pantas disebut banci. Mereka juga punya hak buat meluapkan
emosinya. Seolah dunia ini kita setting dengan
batas-batas hal yang boleh dan nggak boleh dilakukan oleh gender tertentu. Dalam konteks yang positif, rasanya
setiap manusia yang diberi akal dan perasaan berhak menggunakannya sebagaimana
porsinya. Asal ada alasan. Lalu disampaikan dengan cara yang elegan. Marah nggak selalu bisa dibilang kasar dan emosian, bisa
jadi memang ada alasan di balik itu. Pun menangis. Nggak melulu dikaitkan
dengan kata ‘lemah’ karena pada kasus gue, itu adalah kegiatan gue untuk
menguatkan diri dan berpikir lebih rasional. Setiap orang punya caranya sendiri untuk memanajemen emosi. Segera cari tau, kawan.
Huaaaaaa ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
ReplyDeleteJadi nangis bacanya