Memang.
Belajar Bahasa Inggris udah nggak
penting lagi. Karena sesungguhnya kemampuan berbahasa inggris itu mutlak dimiliki.
Mostly, persyaratan lamaran pekerjaan mengharuskan pelamar
mempunyai kemampuan bahasa inggris. Syarat kemampuan bahasa inggris ini dibutuhkan
di semua level, mulai entry staff level,
senior staff, coordinator, supervisor, Manajer Departemen hingga level chief.
Dalam sebuah studi yang dilakukan
oleh Education First (EF) tentang indeks kecakapan bahasa Inggris, peringkat
Indonesia tahun 2017 turun dari tingkat kemahiran menengah menjadi peringkat 13
(tingkat kemahiran rendah) dari 21 negara di Asia atau setara di peringkat 55
dari 88 negara. Masih dari penelitian yang sama.
Rata-rata nilai kecakapan Bahasa
Inggris negara Asia adalah 53,60. Sedangkan nilai rata-rata kecakapan Bahasa
Inggris di Indonesia adalah 52,15. Angka ini masih di bawah rata-rata. Posisinya
jauh di bawah Singapura dengan nilai 68,63 (tingkat kemahiran very high proficiency). Lalu diikuti
oleh Malaysia dengan nilai 58,32 (tingkat kemahiran tinggi) dan Philipina dengan
nilai 61,84 (tingkat kemahiran tinggi). Bahkan Indonesia masih di bawah Vietnam
yang memperoleh nilai 53,12 (tingkat kemahiran menengah).
Negara dengan kemampuan Bahasa Inggris
tingkat rendah menunjukkan kemampuan bangsa tersebut masih dalam tahap mengonsumsi
dan belum mampu melakukan negosiasi, mediasi atau melobi, bahkan berkompetisi
dengan negara lain dalam Bahasa Inggris. Negara-negara dengan tingkat kemahiran
Bahasa Inggris yang tinggi, cenderung memiliki pendapatan rata-rata lebih
tinggi, kualitas hidup lebih baik, serta investasi yang lebih besar dalam
bidang penelitian dan pengembangan. Nanti di tahun 2030 ketika Indonesia
mengalami bonus demografi, ada 60% anak muda dari total populasi. Bayangkan
saja ketika saat itu tiba, lalu SDM kita masih belum siap mengisi tenaga
profesional di berbagai bidang karena salah satunya terkendala bahasa.
Salah satu mindset yang sering
banget gue temui di kalangan temen-temen gue sendiri, yang bisa jadi sample adalah mindset ‘mencintai bahasa’.
Bahasa Inggris dianggap tak seharusnya ‘menggantikan’ Bahasa Indonesia. Mereka
yang berlatih berbahasa inggris selalu dapat cibiran mengesampingkan Bahasa
Indonesia dan tidak mencintai negara. Terutama di lingkup orang-orang
berpikiran terbelakang. Padahal siapa yang tidak mencintai negara.
Belajar bahasa asing adalah pelengkap
untuk meng-upgrade diri. Tidak
sepatutnya dibilang nggak nasionalis. Karena justru yang sedang kami lakukan
adalah upaya nyata membangun Indonesia. Biar nggak terbelakang. Biar bisa
negosiasi di kancah internasional. Biar bisa membela kalau kita dijajah asing. Anggapan-anggapan
seperti ini yang sering menjadi barrier
bagi teman-teman yang lagi struggling
belajar bahasa inggris kemudian jadi nggak pede ngomong di depan publik.
Mikir.
Di dunia yang makin keras ini, lo
cuman punya kemampuan Bahasa Inggris rasanya nggak cukup men. Itu hal yang
biasa. Bahkan justru wajib. Jika temen-temen yang baca ini masih pada stigma
nggak pede, yang lebih parah nggak mau belajar, aduh mending sembunyi deh di
lemari. Gue bukannya merendahkan. Tapi nyoba buat ngingetin bahwa kemampuan Bahasa
Inggris yang diajarin sedari SD sampe SMA itu harusnya udah cukup buat lo bisa
punya kemampuan itu. Dua belas tahun belajar. Nggak perlu lah nunggu punya
aksen-aksen gitu. Yang penting mau speak
up.
Kembali ke konteks perusahaan.
Gue punya kenalan di sebuah perusahaan besar konsultan HRD. Dia bilang Bahasa
Inggris itu mutlak, bahasa asing lain adalah nilai plus. Artinya nggak cukup cuman
punya kemampuan Bahasa Inggris aja. Nilai plus baru akan muncul ketika kita
punya kemampuan berbahasa asing lainnya. Misalnya Bahasa Mandarin, Jerman, or it could be anything.
Jujur. Dulu gue nggak punya kemauan
besar buat belajar bahasa. Sampai ada dalam perjalanan gue yang ngerasa
minder. Apalagi pas ketemu orang baru yang pinter-pinter. Jago negosiasi. Disitu
gue ngerasa jadi kecil banget. Tapi perjuangan nggak boleh berhenti sampai
disana kan? Start to learn. Belum
terlambat. Setidaknya dengan belajar bahasa asing, lo nggak akan gampang ketipu
orang. Pikiran jadi terbuka dan kritis. Dan serius. Kinerja otak akan lebih
lebih kalo kita terbiasa berpikir secara bilingual or multilingual. Kapasitas otak bakal makin melebar.
Jadi, again. Belajar Bahasa Inggris udah nggak penting. Karena itu hal mendasar di era yang semakin 'keras' ini.
Jadi, again. Belajar Bahasa Inggris udah nggak penting. Karena itu hal mendasar di era yang semakin 'keras' ini.
Waahhhh thanks wildflower, sangat menginspirasi ❤
ReplyDelete